GridPop.ID - Diangkatnya Basuki Tjahaja Purnama menjadi Komisaris Petinggi PT Pertamina membuat banyak orang mengarahkan pandangan kepadanya.
Tak terkecuali ahli tarot kondang ini yang mencoba menerawang masa depan BTP alias Ahok itu selama menjabat jadi petinggi Pertamina.
Namun jauh sebelum ramalan ini, nasib kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama sudah pernah disebutkan gagal oleh sosok ini.
Diberitakan Grid.ID, ahli tarot Denny Darko akhirnya meramal nasib Ahok di masa depan sebagai Komisaris Utama Pertamina, dalam sebuah vlog yang diunggah di kanal Youtube pribadinya pada Kamis (28/11/2019).
Ahli tarot ini mengeluarkan tiga kartu untuk meramal nasib Ahok setelah menjabat petinggi Pertamina.
Kartu pertama yang dibaca Denny untuk membaca nasib Ahok justru memiliki arti buruk.
"Kartu The Five of Swords ini menunjukan bahwa masih ada sakit hati, masih ada penolakan, masih ada ketidaksukaan terhadap figur, yang berarti pribadi bukan kinerja," jelasnya.
"Nah Basuki Tjahaja Purnama ini masih memiliki orang yang tidak menyukai dirinya, secara pribadi," ungkap Denny.
"Secara pribadinya karena apa, karena kita tahu Ahok masuk ke Mako Brimob karena dia diputuskan melakukan penistaan agama," lanjutnya.
Lebih lanjut, Denny merasa Ahok justru akan gagal jika tak berhasil menemukan tim yang tidak tepat alias tim yang kemungkinan akan menimbulkan masalah.
"Tetapi dengan adanya kartu ini, sebenarnya ada satu hal yang pasti, saya akan meramalkan bahwa Ahok akan gagal memimpin Pertamina," ungkap Denny.
"Ahok akan membuyarkan semua, dia malah akan membuat ini semua kisruh besar, dan dia akan gagal, sekali lagi gagal dan tidak berhasil memimpin Pertamina," katanya.
"Kalau dia tidak bisa menemukan satu tim yang bisa mencitrakan dia dengan lebih baik lagi, karena banyak orang yang tidak menyukai sosok Ahok," lanjut Denny.
Selain itu, Ahok juga harus lebih menjaga perkataannya, agar tak menyakiti hati orang lain maupun menjadi kontroversi.
"Sebagai seorang pemimpin dan bisa menentukan wewenang, sebaiknya Ahok tidak ceplas-ceplos, dan harus ada orang yang jadi remnya," ungkap Denny.
Berbeda dengan kartu pertama, di kartu kedua ini, Denny melihat adanya perubahan positif yang akan dilakukan oleh Ahok.
"Kartu kedua adalah The Six of Swords, artinya ada perpindahan dari cups yang dipegang ini, jadi sepertinya Ahok ini nanti akan berubah sikap," jelasnya.
"Saya yakin dia akan tetap tegas, tapi kita akan lihat Ahok yang berbeda dibandingkan dengan Ahok yang dulu. Ahok yang ini adalah Ahok yang mencoba menarik simpati lebih banyak orang lagi," lanjutnya.
Tindakan tersebut juga merupakan bentuk penyesalan Ahok atas kesalahannya sebelumnya.
"Mungkin ini adalah sebuah permintaan maaf, mungkin adalah sebuah langkah dan upaya Ahok untuk bisa mengatakan kepada orang-orang pembencinya bahwa dia tidak seperti apa yang mereka sangka," jelasnya.
"Dan ini merupakan jawaban dari kartu yang pertama, kalau kartu pertama menandakan masih ada sakit hati, di kartu kedua, Ahok sudah mendengarkan itu," kata Denny.
Berdasarkan ramalan Denny Darko, Ahok bahkan akan memberikan dampak besar di beberapa instansi.
"Dia kan membentuk satu tim untuk mengkomunikasikan dirinya dengan lebih baik lagi. Sebagai orang yang menjadi simbol perubahan, Ahok tidak hanya mengemban tugas itu saja, tapi dia bisa menularkan gerakannya ini ke instansi yang lain," lanjut Denny.
Denny juga melihat perubahan besar bagi Indonesia, setelah Ahok menjadi Komisaris Utama Pertamina.
"Kartu yang terakhir adalah kartu The Chariot, menunjukkan bahwa semuanya sudah all set, dan ready to go," paparnya.
"Apa yang akan terjadi di Pertamina ini akan menular ke instansi yang lain, jadi akan jadi pembenahan, dan ini menjadi pertanda bahwa Indonesia akan mengawah ke negara yang lebih baik," tandasnya.
Jauh sebelum Ahok menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta dan petinggi Pertamina, nasib mantan suami Veronica Tan itu pernah disampaikan oleh tokoh politik Kwik Kian Gie.
Diberitakan Tribun Jatim, dalam buku "MENELUSURI ZAMAN: Memoar dan Catatan Kritis" (2017), Kwik Kian Gie pernah bercerita pertemuannya dengan Joko Widodo dan Megawati.
Dalam buku tersebut, Kwik Kian Gie menulis pertemuan Megawati, dia, dan Jokowi terjadi saat kepergian Taufiq Kiemas di Singapura.
"Saya ada di Surabaya. Maka saya menyatakan belasungkawa kepada Mbak Mega sambil mengatakan bahwa saya di Surabaya, sehingga tidak mungkin hadir pada upacara pemakamannya," tulis Kwik Kian Gie.
Kwik baru tiba di Jakarta siang hari dan segera ke Jalan Teuku Umar (kediaman Megawati).
Saat tiba di lokasi pukul 14.30 WIB, pelataran parkir disulap menjadi ruang tamu kosong.
Kwik Kian Gie bertemu Megawati dan Joko Widodo yang saat itu baru tiba di Kalibata.
"Mbak Mega tidak bisa diganggu dua hari. Maka saya ngobrol dengan Pak Jokowi," tulis Kwik Kian Gie.
Saat itu, Kwik mengatakan kepada Jokowi bahwa Ahok yang menjabat Wakil Gubernur tidak akan bertahan sebagai pemimpin dalam jabatan publik apapun.
Hal itu karena perilaku dan tutur kata Ahok yang kasar.
"Itu karakter, saya sudah memberitahukan berkali-kali. Paling-paling dia sembuhnya hanya tiga hari saja," jawab Jokowi.
Saat itu, Megawati yang tengah makan memanggil Kwik Kian Gie dan mengajak ngobrol.
Mereka berbicara tentang siapa yang paling cocok dicalonkan PDI Perjuangan sebagai presiden dan calon gubernur DKI.
"Ternyata apa yang dipikirkan ketika itu berlainan dengan kenyataan," tulis Kwik.
Kwik selanjutnya mengungkapkan betapa dinasmisnya kehidupan politik di negeri ini.
Dalam buku yang diterbitkan tahun 2017 itu juga diceritakan bahwa saat itu Jokowi sadar bahwa tutur kata dan perilaku Ahok akan membuatnya tidak bisa bertahan sebagai gubenur.
"Ternyata sekarang semuanya benar," tulis Kwik Kian Gie.
Sejumlah kritik juga dituliskan Kwik Kian Gie terhadap para pendukung Ahok.
"Yang tidak disadari oleh pendukung Ahok ialah bahwa mereka itu terkesan menjadi politisi dadakan," tulis Kwik.
Menurutnya, Ahok dan para pendukungnya tak sadar bahwa manusia mempunyai perasaan, mempunyai emosi, dan juga mempunyai emotional intelligence di samping intelligent quotient.
"Sehingga hatinya tersakiti ketika dimaki dengan tutur kata yang sangat kasar," tulis Kwik Kian Gie. (*)