Melansir thenational.ae, Senin (3/8/2020), pada 14 Februari 2005, sebuah bom besar meluluhlantakkan konvoi lapis baja Hariri ketika ia pulang untuk makan siang.
Ledakan itu membunuh dia dan 21 orang lainnya termasuk tujuh pengawalnya, serta melukai 226 lainnya.
Dalang pembunuhan tersebut, komandan Hizbullah Mustafa Badreddine diyakini telah tewas di Suriah pada Mei 2016 saat memberikan dukungan militer kepada rezim Damaskus.
Pengadilan Khusus untuk Libanon (STL) pada bulan Juli tahun itu kemudian membatalkan keputusannya untuk mengadili Badreddine secara in absentia, setelah menemukan bukti yang cukup untuk membuktikan kematiannya.
Sementara itu, Salim Ayyash, 56, dituduh memimpin tim yang melakukan pemboman.
Keberadaannya, seperti tiga orang lainnya yang menunggu putusan, tetap tidak diketahui.
Menurut situs STL, tuduhan terhadap Ayyash termasuk "melakukan tindakan terorisme", "pembunuhan yang disengaja" Hariri, "pembunuhan yang disengaja dari 21 orang lain", dan berusaha untuk membunuh 226 orang lagi.