Find Us On Social Media :

Hati-hati Terapkan Pola Asuh pada Anak, Kenali 8 Ciri-ciri Toxic Parent yang Dapat Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Mental Sang Buah Hati

By Lina Sofia, Minggu, 25 Juli 2021 | 17:02 WIB

Ilustrasi toxic parenting

GridPop.ID - Setiap orang tua pasti akan melakukan segala yang terbaik untuk buah hati tercintanya.

Namun, saat menerapkan pola asuh kita harus berhati-hati karena kita bisa saja menjadi toxic parents tanpa disadari.

Ada beberapa ciri toxic parents atau tanda orang tua toxic yang bisa kita kenali.

Baca Juga: Biodata Artis Agnez Mo, Penyanyi Go Internasional yang Pernah Terjebak Toxic Relationship

Jika orang tua melakukan beberapa hal psikologis tersebut kepada anaknya, menurut penelitian, maka sang anak kemungkinan akan mengalami masalah kesehatan mental saat tumbuh dewasa.

Mengutip Nova.ID dari Brightside, berikut ini 8 tanda toxic parents.

Apa saja?

1. Membandingkan anak

Sebagai orang tua, kita pasti memperhatikan perbedaan perilaku, temperamen, dan bahkan pola pikir anak kita secara umum.

Baca Juga: Nyesel Baru Tahu, Penelitian Membuktikan Bahwa Memelihara Ikan Cupang di Akuarium Bermanfaat Bagi Kesehatan Mental, Cek Segudang Fakta Lainnya!

Namun, menurut pakar parenting Dr Justin Coulson, sebaiknya hindari hal itu.

Anak-anak yang terus-menerus dibandingkan dengan saudara kandung mereka akan menurunkan harga diri mereka dan mengurangi motivasi serta meningkatkan kecemasan.

2. Membebani anak-anak dengan masalah kita

Memang hal yang baik untuk berbicara dengan anak dan menunjukkan kepada anak cara yang sehat untuk mengekspresikan emosi.

Tetapi kita harus menghindari membebani mereka dengan masalah pribadi kita, hal ini dapat menciptakan dinamika yang aneh di mana anak dapat menjadi orang tua atau teman.

Kita seharusnya tidak meminta bantuan emosional kepada anak-anak kita dan membiarkan mereka tetap menjadi anak-anak.

Baca Juga: Berani Sentil Langsung Luna Maya yang Remehkan Masalah Kesehatan Mental, Putri Hotman Paris Buat sang Artis Mati Kutu dengan Pesan Menohok!

3. Melampiaskan rasa frustrasi kepada anak-anak

Kita seharusnya tidak pernah melampiaskan rasa frustrasi kita kepada anak-anak kita bahwa sesuatu yang bukan salah mereka adalah kesalahan mereka.

Sebaliknya, kita harus mengenali emosi kita sendiri dan alasan di baliknya dan memberi diri kita ruang dan waktu untuk menenangkan diri.

4. Mengabaikan perasaan anak-anak

"Kamu akan baik-baik saja," adalah respons yang sangat populer yang kita gunakan ketika kita ingin meyakinkan anak kita.

Mungkin tampak bagus untuk dikatakan, tetapi sebenarnya tidak.

Kita harus belajar untuk berhenti mengabaikan perasaan anak-anak kita dan sebaliknya menerimanya, membicarakannya, dan menawarkan solusi untuk masalah mereka, sekecil apa pun yang terlihat.

Kita tidak bisa melupakan bahwa emosi yang mereka rasakan itu nyata, dan terkadang mereka membutuhkan lebih dari sekadar kata “Tidak apa-apa".

Baca Juga: Tinggal Bareng Mertua Usai Nikah, Syahrini Ungkap Perilaku Orang Tua Reino Barack di Rumahnya: Aku Nggak Nyangka Kok Bisa Gini

5. Memilih hukuman daripada momen yang bisa diajar

Seringkali, hukuman adalah cara termudah untuk menangani anak nakal, karena orang tua berpikir bahwa itulah yang seharusnya mereka lakukan.

Tetapi dalam banyak kasus, hukuman hanya memperkuat perilaku buruk, dan tidak memperbaikinya.

Sebaliknya, orang tua harus mencoba mengubah perilaku buruk menjadi momen yang bisa diajar.

Dengan begitu, anak bisa belajar mengapa itu salah. Selain itu, kita juga harus menawarkan penguatan positif ketika anak-anak bersikap baik.

6. Terus-menerus mengkritik anak

Terlalu sering mengkritik akan membuat anak merasa tersakiti dengan lebih dari satu cara.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua yang kritis kurang memperhatikan emosi orang lain.

Baca Juga: Dianggap Mengolok-olok Gangguan Kesehatan Mental, Putri Hotman Paris Sentil Pedas Luna Maya dan Deddy Corbuzier Hingga Terlibat Cekcok Sengit di Dunia Maya

Itu membatasi kapasitas mereka untuk membaca orang, yang merupakan keterampilan yang sangat penting untuk membangun dan memelihara hubungan.

7. Menggunakan kata-kata negatif untuk menggambarkan anak

Semakin sering kita menggunakan kata-kata negatif, semakin buruklah harga diri mereka.

Kata-kata negatif bisa sangat merusak dan mempengaruhi perilaku anak.

Termasuk akan memperngaruhi cara anak memandang diri mereka sendiri.

Menyebut anak dengans ebutan “pemalu”, “berantakan”, “cengeng”, “menyebalkan”, “keras kepala”, dan seterusnya dapat memiliki dampak negatif yang serius pada mereka, bahkan pada usia yang sangat muda.

8. Tidak mengenal batas

Tidak membiarkan anak menjadi individu yang mandiri dapat menyebabkan suasana yang sangat beracun (toxic).

Itu dapat tercermin dari sikap kita yang mencoba mengetahui segala sesuatu tentang kehidupan anak, mencegah anak untuk mengikuti jalan mereka sendiri, dan terus-menerus mengganggu privasi.

Perilaku yang tidak mengenal batas itu bisa membuat anak tidak memiliki rasa yang kuat tentang siapa mereka dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik.

Sebagai gantinya, cobalah bersikap bijak menghadapi perilaku orangtua sembari melindungi diri dan hidup yang kita miliki.

Melansir dari Kompas.com begini caranya untuk menghadapi perilaku orang tua yang toxic:

Baca Juga: Umumkan Ingin Vakum dari Sosmed, Tissa Biani Pamitan dan Sebut Hendak Menjaga Kesehatan Mental, Ada Apa?

Mengakui perilaku orangtua

Langkah pertama yang penting bagi kita adalah mengakui bahwa perilaku orangtua adalah sesuatu yang buruk dan mereka enggan berubah.

Pengakuan ini akan menjadi dasar bagi kita untuk memiliki kebebasan pribadi dan mempertimbangkan kebutuhan pribadi.

Ambil jarak Ambil jarak dan tetapkan batasan hubungan yang jelas dengan orangtua untuk menjaga kesehatan mental dan tidak terpengaruh sikap negatif mereka.

Cara ini mungkin agak sedikit ekstrem bagi sebagian orang. Namun batasan kontak, baik fisik maupun emosional, penting untuk menjaga diri kita tetap waras.

Baca Juga: Kembali Sentil Mbak You Lantaran Mengaku Nikahi Ular, Deddy Corbuzier Kaitkan dengan Penyakit Mental: Ini Kan Lucu

Psikoterapis yang berbasis di California, Sharon Martin menyarankan untuk menyampaikan hal tersebut dengan jelas kepada orangtua kita.

Persiapkan diri untuk mendapatkan respon yang tidak menyenangkan dan tetaplah teguh dengan keputusan itu.

"Tidak apa-apa untuk mengatakan TIDAK kepada orangtua jika mereka bertindak terlalu jauh. Pada saat yang sama, tetaplah tenang dan jangan menyalahkan dan bersikap terlalu defensif," jelasnya seperti dikutip dari Healthline.

Bertemu di tempat umum

Cara ini cocok untuk anak yang sudah tinggal terpisah dari orangtuanya.

Pastikan untuk hanya bertemu dan berinteraksi di tempat umum untuk mengantisipasi perilaku buruk mereka muncul.

Bertemu di ruang publik memungkinkan kita untuk pergi ketika orangtua mengeluarkan perilaku lawasnya.

Baca Juga: Dinilai Terlalu Santai Hingga Getol Bekerja Meski Jadi Tersangka, Psikolog Beri Saran pada Gisella Anastasia untuk Periksa Kejiwaan dan Mental

Perawatan diri

Kita perlu merawat mental yang lelah dengan perilaku toksik orangtua dengan bersikap baik pada diri sendiri.

Tak ada salahnya sesekali menghadiahi diri dengan barang favorit atau berlibur ke negara impian tanpa memikirkan masalah orangtua.

Habiskan waktu dengan orang-orang yang memiliki dampak positif dan memacu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Apabila membutuhkan, tak ada salahnya berkonsultasi pada psikiater untuk mendapatkan solusi terbaik memecahkan masalah keluarga ini.

Baca Juga: Khasiatnya Sudah Dipercaya Sejak Dulu, Ini 4 Manfaat Ampuh Kunyit untuk Kesehatan, Salah Satunya Memperbaiki Fungsi Otak dan Kesehatan MentalGridPop.ID (*)