GridPop.ID - Pandemi Covid-19 masih terus melanda berbagai negara hingga saat ini.Dilansir dari laman kompas.com, jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia bertambah 6.727 orang, berdasarkan data Jumat (3/9/2021) hingga Sabtu (4/9/2021).Penambahan jumlah pasien menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 4.123.617 orang. Informasi ini diungkap Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dalam data yang disampaikan kepada wartawan pada Sabtu sore.Pemerintah juga mencatat ada penambahan 13.806 pasien yang telah dinyatakan sembuh. Dengan demikian, total pasien sembuh dari Covid-19 ada 3.827.449 orang.Berbicara soal pandemi covid-19, ada kisah tak disangka-sangka yang dialami oleh pria ini.Pasalnya, dirinya beruntung tak tertular corona meski 14 hari merawat istrinya yang jelas-jelas positif covid-19.Dilansir dari laman tribunstyle.com pada pemberitaan (4/9/21), 14 hari penuh berada di ruangan yang sama, sekaligus merawat pasien terpapar Covid-19 ternyata tak otomatis membuat seseorang ikut terpapar Covid-19.
Setidaknya itulah yang dialami oleh Ali Syahbana (34) yang memutuskan untuk mendampingi istrinya saat dirawat di Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) Kota Pangkalpinang, beberapa waktu lalu.Kepada Bangka Pos, Ali mengaku berinteraksi erat dengan istrinya yang ia tahu terpapar Covid-19.“Ya saya tahu persis istri saya terpapar Covid-19. Saya yang mengantar dia tes sebelum masuk rumah sakit. Saya juga yang mengantarnya ke rumah sakit dan menungguinya,” kata Ali.Ali bercerita, selama 14 hari penuh ia menjalani kehidupan dalam satu ruangan bersama pasien Covid-19 yang tak lain adalah istrinya.Tak hanya itu, ada pasien lain selain istrinya yang juga-sama-sama terpapar Covid-19 di dalam ruang perawatan.Bukan sekadar menunggui, Ali yang juga tidur di ruang perawatan tempat istrinya dirawat juga menyuapi, memberi obat, mengelap (mandi kering, red), menggantikan pakaian dan melakukan apapun layaknya menunggui orang sakit.“Alhamdulillah, sejak pertama hingga terakhir ternyata saya tidak pernah terpapar Covid-19 setelah berulangkali dilakukan Tes antigen terhadap saya,” kata Ali.Namun takdir berkata lain, pada hari ke 14 Ali harus kehilangan sang istri berikut anak untuk selamanya.Untuk diketahui, istri Ali dirawat dalam keadaan hamil tujuh bulan. Istri Ali meninggal dua jam setelah melahirkan secara normal.
Anak pertama mereka lahir dalam keadaan meninggal dunia, sementara sang istri meninggal dunia dua jam setelah menjalni persalinan dengan normal.Sejak awal, sang istri terkonfirmasi positif Covid-19, Ali tak pernah ragu untuk merawat, bahkan sebelum pihak rumah sakit meminta ada keluarga yang menunggu, Ali terlebih dulu meminta tak ingin dipisahkan dari sang istrinya."Ketika awal masuk rumah sakit untuk menemani almarhumah istri kemarin, saya juga tes swab. Saat sebelum keluar rumah sakit untuk ikut membawa jenazah istri ke pemakaman juga dites lagi. Dari kedua tes tersebut, dua-duanya hasilnya negatif, walaupun saya jelas-jelas kontak erat dengan istri," kata Ali.Ali bertutur, keberadaannya di samping sang istri sangat berarti untuk pemulihan pasien.Ali yakin, pasien Covid-19 lainnya juga butuh perlakuan yang sama, yaitu butuh didampingi untuk menyemangati.“Meski saya harus kehilangan istri saya, namun saya yakin, keberadaan orang lain di samping pasien Covid-19 memiliki arti penting bagi penyembuhan pasien,” kata Ali.Menurut Ali, saat mendampingi istrinya ia tak pernah berpikir apalagi takut akan ikut terpapar Covid-19.Kala itu, Ali hanya berpikir agar istrinya segera sembuh, apalagi saat itu istrinya tengah mengandung anak mereka yang pertama."Yang perlu dikhawarikan saat itu sang istri bukan Covid-19, kalaupun harus terpapar tidak masalah ikut terpapar Covid-19 juga yang penting kesembuhan dulu," tuturnya.
Tidak Disarankan Bagian Informasi Data Covid-19 RSBT Pangkalpinang dr Febry menyebutkan, saat ini memang pasien covid-19 yang dirawat di ruang isolasi ada keluarga yang ikut menunggui, namun pihak rumah sakit tidak menyarankan hal demikian.Pasalnya kata Febry, dari pihak rumah sakit juga sudah ada perawat bergantian, berada di ruangan isolasi untuk membantu pasien."Pada prinsipnya kita tidak menyarankan untuk pasien-pasien rawat inap Covid-19 ditunggu oleh keluarga, kalau ada pihak keluarga yang tetap ingin mendampingi keluarga, kita mintakan informed consent (persetujuan tindakan medis)," kata Febry kepada Bangka Pos, Kamis (2/9).Febry mengatakan, keluarga pasien yang ikut menunggu harus menanggung semua risiko yang terjadi, hingga harus menunggu di ruangan dari awal pasien masuk sampai pulang, dan tidak boleh digantikan."Prinsipnya kita tidak membolehkan dan tidak menyarankan, sering di lapangan keluarga memaksa untuk menunggu pasien.""Jadi ada yang menunggu dan membantu segala keperluan pasien tidak biloh keluar termasuk membeli makan, karena akan berisiko menularkan ke lingkungan yang sehat," jelasnya.Dia menuturkan, untuk mekanisme keluar keluarga pasien boleh ikut pulang dari rumah sakit, jika pasien yang dirawat sudah dinyatakan sembuh.Namun jika pasien terkonfirmasi yang ditunggu meninggal, keluarga yang menunggu atau yang merawat pasien Covid-19 tadi disarankan untuk melakukan swab PCR atau antigen di Puskesmas atau secara mandiri."Jadi rumah sakit tidak menanggung apapun untuk keluarga yang menunggui, karena sudah kita jelaskan diawal semua resiko yang bisa terjadi dengan penunggu ditanggung sendiri termasuk makan," sebutnya."Jadi keluarga yang menunggu bisa ikut pulang jika yang dirawat pasien Covid-19 sudah dinyatakan sembuh, atau jika pasien meninggal dunia kita sarankan untuk swab mandiri atau swab di puskesmas," tambahnya.Febry menambahkan hingga kini, ruang isolasi Covid-19 di RSBT tidak lagi penuh seperti beberapa bulan kemarin.Saat ini ada 58 pasien yang dirawat dengan gejala sedang hingga berat di rumah sakit.
Baca Juga: Kehidupannya Kerap Menyita Banyak Perhatian, Ini Dia Raja Terkaya di Dunia yang Miliki Harta Duniawi Capai Rp 641 Triliun Sampai Kalahkan Raja Arab, Faktanya Bikin Melongo!GridPop.ID (*)