GridPop.ID - Anda tentu sudah tidak asing dengan istilah prostitusi dan rumah bordil.
Ya, dua istilah itu berkaitan dengan 'persewaan' wanita pekerja seksual komersial (PSK) untuk memuaskan nafsu para pelanggannya.
Namun pernahkan anda mendengar tentang rumah bordil yang menjajakan boneka sebagai pengganti PSK asli?
Mungkin terdengar aneh, namun nyatanya fenomena prostitusi boneka seks ini sudah berkembang di beberapa negara di dunia.
Adalah Jerman, negara pertama yang menjadikan boneka seks sebagai ladang prostitusi.
Prostitusi boneka plastik ini dibanderol seharga 71 pound sterling atau setara Rp 1,2 juta rupiah per jam.
Evelyn Schwarz (29) menjalankan bisnis bordir ini di Dortmund, Jerman.
Bisnis ini merupakan rumah bagi 11 boneka cinta silikon yang mempunyai nama mereka sendiri.
Melansir pemberitaan GridPop.ID (10/11/2019), boneka seberat 30kg itu diimpor dari Asia dan harganya masing-masing 1,786 pound sterling atau setara Rp 31,8 juta rupiah.
Mereka semua memiliki ketinggian, warna rambut dan ukuran dada yang berbeda.
Salah satu boneka pemuas nafsu ini bahkan dibuat terlihat persis seperti karakter anime Jepang berambut biru.
Pemilik usaha bordil mengatakan pria dari segala usia dan profesi dari seluruh Jerman telah berbondong-bondong ke rumah pelacurannya.
Schwarz mengatakan, "dilihat dari keuntungan, 70 persen laki-laki yang datang juga kembali."
"Bagi banyak orang, ini bukanlah suatu pemujaan melainkan keingintahuan."
Schwarz mengemukakan gagasan menamai bisninya Bordoll, yang diambil dari kata-kata "bordo" (rumah bordil) dan "doll" (boneka).
Ide itu terlintas saat mengerjakan sebuah proyek yang berhubungan dengan adegan S & M.
Schwarz berkata: "Sebenarnya saya mencari rekan kerja berpengetahuan Jerman bagus untuk adegan S & M, karena untuk praktik komunikasi ini sangat penting, tapi saya tidak menemukannya."
Anehnya, Schwarz mengatakan istri dari banyak pengunjung bordil bereaksi 'dengan toleransi' terhadap keinginan mereka.
Istri mereka sering terlihat menunggu di luar di dalam mobil mereka sementara suaminya asyik berhubungan intim bersama boneka.
Dia berkata: "Mereka melihatnya sebagai mainan."
Sejauh ini Schwarz hanya memiliki satu kejadian tidak mengenakkan di rumah pelacurannya.
Dimana pelanggan terlalu bersemangat memecahkan boneka plastik - "Anna", yang paling populer di Dortmund Bordoll.
"Kami harus memesan yang baru," kata Schwarz.
Menurut laporan media, para pakar industri seks memperkirakan orang-orang dengan fetish (kegilaan) pada boneka seks adalah kelompok yang sedang berkembang dan mereka mengharapkan lebih banyak boneka dibuat oleh rumah bordil.
Awal tahun ini boneka seks Fanny menjadi superstar terlaris dari Kontakthof, rumah bordil di ibukota Austria di Wina.
Dan pada malam hari boneka Fanny mendapatkan lebih banyak pelanggan daripada pelacur.
Tidak lama kemudian di Ars Electronica Festival di kota Linz, sebuah boneka seks silikon interaktif bernama Samantha menjadi bintang yang sangat populer sehingga banyak pengunjung meraba-raba dadanya dan mengotori tubuhnya.
Psikolog Austria Gerti Senger menjelaskan mengapa beberapa pria lebih tertarik tidur bersama boneka seks daripada wanita sejati.
"Pertama, orang itu bisa melakukan apapun dengan boneka itu. Kedua, setiap niat dimatikan, yang bisa menjadi faktor bersama pelacur," jelas Senger.
Tapi Senger, yang adalah co-chair di Austrian Society for Sexual Research (OeGS), mengatakan dia terkejut oleh beberapa boneka yang lebih populer daripada pelacur nyata dan menyebutnya 'kecenderungan autistik yang nyata'.
Sementara itu, dilansir Tribun Kesehatan, seorang akademisi mengingatkan munculnya fenomena 'digiseksual' di masyarakat.
Peringatan itu muncul setelah sebuah penelitian meneliti tentang meningkatnya jumlah pengguna boneka seks—termasuk terhadap sebuah rumah bordil pertama yang mempekerjakan boneka seks sebagai pekerjanya.
Penelitian itu juga didukung oleh semakin masifnya perusahaan yang mengembangkan boneka seks berteknologi tinggi dengan kulit silikon, punya kemampuan menggoda, dan mensimulasikan orgasme.
“Psikoterapis harus dipersiapkan karena akan lebih banyak klien yang punya kecenderungan digiseksual ini,” tulis sebuah laporan yang digagas oleh Neil McARthur dan Markie Twist dari University of Manitoba.
GridPop.ID (*)