"Gue mikir, kegulung (ombak), muter-muter, sambil mikir, ini dalam air, gue berarti harus ke atas nih, harus ngambang, instingnya," sambung Ifan.
Sebelum menyadari dirinya tergulung ombak dan ada di tengah laut, Ifan sempat pingsan. Tubuhnya juga terlilit kabel.
Setelah sadar, dia berusaha bernapas, tapi yang dihirup hanya pasir dan air laut, sehingga Ifan memilih untuk menahan napas sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan kabel.
"Akhirnya begitu lepas, gue ke atas, orang teriak tsunami, tsunami, baru tahu ini tsunami, nangis gue. Bukan nangis kejer, nangis mengeluh, karena gue pikir ini mimpi," lanjutnya.
Sesaat arus berhenti dan tenang, tapi kemudian arus air laut tiba-tiba mundur dan menarik tubuh Ifan kembali ke tangah laut.
Ifan melihat ada banyak orang berkumpul di tengah laut, dan ada satu orang yang berusaha memegang tangannya.
Insting bertahan hidup membuat Ifan yang juga kesusahan di tengah laut akhirnya menyikut orang tersebut dengan panik.
"Gue sikut-sikutin lah, kan gue udah engap, gue reflek, satu orang bapak-bapak pegang sini (siku) gue, gue sikut," ujar Ifan.
"Gue inget banget kata-kata gue 'jangan pegang tangan saya, pegang barang lain, karena kalau pegang tangan saya, kita berdua mati,'" kenang Ifan.
Akhirnya bapak tersebut berpegangan pada meja, begitu juga Ifan, tapi keduanya tenggelam saat ada orang lain yang juga datang ke meja tersebut.
Di situ Ifan kembali tenggelam, dan sempat ingin menyerah karena kelelahan.