Find Us On Social Media :

Kenang Sulitnya Hidup, Ridwan Kamil Ceritakan Momen di-PHK saat Istri Hamil Emmeril Khan hingga Terpaksa Lahirkan sang Putra di RS Khusus Warga Miskin di Amerika Serikat: Nggak Ada Uang

By Lina Sofia, Sabtu, 28 Mei 2022 | 20:02 WIB

Ridwan Kamil beberkan momen saat Emmeril lahir.

GridPop.ID - Kini masyarakat sedang dikejutkan dengan hilangnya Emmeril Kahn Mumtadz, putra sulung Ridwan Kamil di Sungai Aaree di Swiss.

Berdasarkan informasi yang didapatkan Tribunnews.com dari Randy Juru Bicara pihak keluarga Ridwan Kamil, disebutkan Emmeril Khan kala itu sedang berenang di Sungai Aaree, Bern, Swiss pada 26 Mei 2022.

Namun, saat hendak naik ke permukaan ia malah terseret arus sungai yang cukup deras hingga dinyatakan hilang.

Ridwan Kamil hingga kini masih menanti putranya, Emmeril Kahn Mumtadz untuk ditemukan.

Kabar hilangnya sang anak pun membuat kisah perjuangan Ridwan Kamil saat merantau ke Amerika Serikat viral kembali.

Dilansir dari Tribun Style, Emmeril Kahn Mumtadz, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dilahirkan di New York, Amerika Serikat, pada 25 Juni 1999.

Kisah kelahirannya kerap diceritakan Ridwan Kamil dalam sejumlah kesempatan.

Termasuk saat Kang Emil menghadiri kegiatan penandatanganan kesepahaman bersama antara Pemprov Jabar dengan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) ihwal Pelayanan Penyelenggaraan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Asal Jabar, di Gedung Sate, akhir Maret lalu.

Meski di Amerika, kisah Emil, putra sulungnya tidak dilahirkan di rumah sakit besar yang mahal, tapi di sebuah rumah sakit khusus warga miskin karena kondisi karier Ridwan Kamil sebagai arsitek saat itu sedang mengalami keterpurukan.

Baca Juga: Sempat Dihentikan, Pencarian Putra Sulung Ridwan Kamil Eril Kembali Temui Kendala, Polisi Lokal Ungkap 2 Fakta Mengejutkan Soal Kondisi Sungai Aare!

"Tahun 1998, setahun setelah jadi pekerja migran Indonesia di sana, saya di-PHK," kenangnya.

"Saat itu ekonomi Indonesia sedang krisis, bayangkan, saya harus dipulangkan ke Indonesia, padahal setahun sebelumnya berangkat dengan bangga, diantar keluarga satu bus, dadah-dadah,"