Hasil penelitian paling jelas terlihat ketika para peneliti memeriksa mengapa ibu dan ayah bangun sebagai respons terhadap tangisan bayi.
Para ibu selalu terbangun untuk memberi makan atau menyusui bayi yang menangis karena lapar di malam hari.
Sedangkan ayah, secara signifikan terbangun hanya untuk memeriksa bayi sedang tidur dan ibu baru yang kelelahan.
Dengan kata lain, ibu lebih banyak menjalankan peran menghibur dan perhatian utamanya adalah mengatasi kesulitan yang dialami anak secara real time atau di satu waktu tertentu saat itu juga.
Namun, ayah cenderung lebih peduli pada masa depan dengan melakukan langkah pencegahan, seperti memastikan keamanan anak dan istrinya.
Anak Menangis di Depan Ibu, Tampak Kuat di Depan Ayah
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan anak akan pengasuhan kedua orang tua ikut berubah walau ada satu yang tetap sama.
Baca Juga: Dijamin Lembut No Alot, Begini Tips Membuat Donat Tanpa Kentang, Satu Keluarga Pasti Ketagihan!
Anak cenderung akan mencari ibunya ketika mengalami kesakitan atau menangis, dan meminta penghiburan dari sang ibu.
Studi yang dilakukan pada tahun 2017 terhadap keluarga di Amerika menunjukkan perbedaan signifikan tentang bagaimana respons anak terhadap sikap orang tua mereka ketika mereka "menderita".
Ibu lebih memberikan rasa nyaman lantaran anak bisa meluapkan tangisan, sehingga mereka mengungkapkan rasa yang derita lebih banyak.
Sebaliknya jika ayah ada di sekitar mereka, anak-anak justru bertindak seolah-olah sangat kuat dan tidak menunjukkan rasa sakitnya atau memperlihatkan hanya sedikit dari derita mereka.