Find Us On Social Media :

Belajar dari Tragedi Kanjuruhan & Itaewong, Konser Berdendang Bergoyang Terpaksa Dihentikan, Polisi: Membahayakan

By Lina Sofia, Senin, 31 Oktober 2022 | 20:42 WIB

Puluhan penonton pingsan, over kapasitas, Berdendang Bergoyang ditiadakan hari ketiga, belajar dari kondisi ini dan tragedi Itaewon, ini risiko henti jantung akibat berdesak-desakan.

GridPop.ID - Belakangan dunia sedang digemparkan dengan tragedi yang memakan banyak korban jiwa yakni Kanjuruhan awal Oktober lalu dan pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan.

Baru-baru ini Festival Musik Berdendang Bergoyang di Senayan terpaksa harus dihentikan polisi karena khawatir akan terjadi hal yang sama.

Tindakan itu dilakukan karena jumlah penonton yang melebihi kapasitas lokasi.

Akibatnya, pelaksanaan acara "Berdendang Bergoyang" hari ketiga yang sedianya berlangsung pada Minggu (30/10/2022) dibatalkan.

"Kegiatan Berdendang Bergoyang terpaksa kami hentikan karena over kapasitas dan membahayakan penonton," kata Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Komarudin dalam keterangannya, Sabtu (29/10/2022) malam.

Polisi sebenarnya telah menegur panitia pada hari pertama ihwal kapasitas penonton yang kelebihan.

Berdasarkan analisis kepolisian pada festival musik hari pertama, terdapat beberapa kekurangan yang mesti diperbaiki panitia pada hari kedua.

"Kami minta ditambah dua tenda kesehatan," ujar Komarudin, Minggu (30/10/2022).

Selain itu, polisi melihat terjadi kelebihan kapasitas pada dua panggung di luar Istora Senayan, tempat berlangsungnya acara.

Sekadar gambaran, terdapat lima panggung dalam festival musik Berdendang Bergoyang. Satu panggung berada di dalam Istora Senayan, sedangkan empat panggung lagi berada di luar.

"Kami minta dua panggung di luar ditutup sehingga kami izinkan hanya satu panggung di dalam dan dua panggung di luar," papar Komarudin.

Baca Juga: 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Resmi Ditahan, Dua Diantaranya Warga Sipil

Terlebih lagi, pada hari kedua pelaksanaan, terjadi kelebihan kapasitas sehingga banyak pengunjung yang pingsan akibat berdesak-desakan.

Pada saat bersamaan, jumlah penonton semakin membeludak sehingga penonton saling dorong di salah satu akses masuk.

Situasi semakin kacau karena pengunjung yang telanjur membeli tiket menuntut panitia untuk mengembalikan uangnya lantaran mereka tidak bisa masuk ke area festival musik.

"Penonton dari luar pengin masuk Istora, terbentur dengan kondisi Istora yang tidak memungkinkan. Sangat-sangat tidak mungkin lagi untuk menambah jumlah penonton. Terjadi dorong-dorongan," ucap Komarudin.

Polisi pun memutuskan untuk menutup gate lantaran kapasitas gedung tak mampu lagi menampung pengunjung yang membeludak.

Dalam situasi berdesakan tersebut, sejumlah penonton pun jatuh pingsan. Mereka yang pingsan langsung ditangani oleh petugas medis.

"Sampai (Sabtu) pukul 20.00 WIB, jumlah penonton sudah lebih dari 21.000. Kami cek memang sangat penuh kondisi di Istora, dengan lay out panggung dan sebagainya," ujar Komarudin.

Karena situasi tidak memungkinkan dan sangat membahayakan, polisi kemudian menghentikan acara Berdendang Bergoyang lebih awal.

Pada hari kedua, pelaksanaannya hanya dibatasi sampai pukul 22.10 WIB.

"Saat ini (panitia) masih kami interogasi, status masih interogasi. Artinya dalam penyelidikan," ujar Komarudin.

Tak hanya peserta, batalnya konser itu, juga berbuntut pada kerugian yang dirasakan para penyewa tenant di acara tersebut.

Salah satu penyewa, Andra (28) menyebut, hingga kini belum ada tanggapan dari panitia, meski sebelumnya ia dijanjikan akan mendapatkan pengembalian uang sebanyak 30 persen.

Baca Juga: Lihat Video CCTV Tragedi Kanjuruhan dengan Mata Kepalanya Sendiri, Mahfud MD: Lebih Ngeri daripada di TV!

"Sampai detik ini hanya ada kata-kata dari panitia akan dikembalikan 30 persen setelah 45 hari acara, tapi ya belum ada realisasi pasti," kata Andra saat ditemui di lokasi, Minggu (30/10/2022).

Bahkan, Andra menunjukkan jika grup WhatsApp koordinasi antara panitia dan tenant ditutup aksesnya.

Sehingga tak ada satupun yang bisa berkoordinasi dengan panitia.

Untuk diketahui, kata Andra, setiap penyewa diwajibkan membayar Rp 10 juta per-tiga hari mendirikan tenant.

Meski begitu, dalam dua hari, penjual chicken steak itu mengaku belum balik modal sama sekali.

Justru, ia mengalami rugi yang cukup besar.

"Dari segi keuntungan ya kurang banget, saya dua hari baru dapat setengah modal," ujar Andra.

Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah kelebihan muatan (overload).

Pasalnya, ada 80 tenant yang berjualan saat konser berlangsung.

Padahal menurut Andra, batas normal pendirian tenant adalah 30 sampai 40 saja. 

Baca Juga: MERINDING! Begini Detik-detik Insiden Halloween Itaewon yang Renggut 149 Nyawa, Banyak Mayat Tergeletak di Jalan

GridPop.ID (*)