GridPop.ID - Siapa yang tak mengenal Mandra?
Melansir dari laman surya.co.id, Mandra merupakan seorang pelawak, pemeran, dan pemain lenong Betawi asal Indonesia.
Ia telah memulai kariernya sejak 1977.
Sebelum menjadi pelawak terkenal seperti sekarang ini, pria kelahiran 2 Mei 1965 ini mengawali kariernya dengan tampil di sejumlah lenong Betawi.
Ia tergabung dalam lenong Setia Warga pimpinan Haji Bokir.
Setelah itu, ia mulai merambah akting dengan terjun ke dunia layar lebar.
Ia kerap wara wiri tampil menjadi pemeran pendukung di beberapa film, seperti Cinta Annisa (1983), Yang Masih di Bawah Umur (1985), dan lain-lain.
Namun, namanya baru mulai melejit ketika ia berperan sebagai Mandra dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan pada 1994 hingga 2003.
Baru-baru ini, Mandra menceritakan pengalamannya saat diminta untuk melawak di depan Ibu Tien Soeharto.
Mandra pun menceritakan pantangan yang harus dirinya lakukan saat tampil melawak di atas panggung.
Melansir dari laman tribunnews.com, Mandra justru merasa was-was saat dulu mendapat undangan untuk melawat di depan Ibu Tien Soeharto.
Bagaimana tidak, setiap dua hari sekali Mandra didatangi tentara untuk beri banyak aturan sebelum melawak di depan Ibu Tien Soeharto.
Sebagai pelawak, Mandra mendapatkan banyak larangan dan aturan yang boleh dan tidak boleh diucapkan saat akan tampil di hadapan Ibu Tien Soeharto.
Mandra mencertiakan dulu ia diminta melawak di depan Tien Soeharto bersama pemain Si Doel Anak Sekolahan yakni Benyamin Sueb, Rano Karno, dan Suti Karno.
Mandra dan kawan-kawan diminta tampil di acara yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
“Pada saat gua sama Babe Benyamin diundang Ibu Tien, bersejarah juga ini."
"Presidennya Pak Harto, acaranya ini kumpulan ibu pejabat, diminta tampil di Taman Mini Indonesia Indah di gedung Sasono Langen Budoyo,"
"Kan dulu enggak semua orang bisa masuk situ dulu,” ucap Mandra, dikutip dari kanal YouTube Baba Mandra, Jumat (15/9/2023).
Namun, setelah mendapat dan menerima permintaan tersebut, Mandra bukannya senang malah menjadi was-was.
Mandra mengakui dirinya menjadi ketar-ketir karena ternyata untuk menghibur Presiden Soeharto dan Ibu Tien saat itu, banyak sekali protokoler dan pantangan yang harus dipahami.
Bahkan, kata Mandra, dirinya jadi rutin didatangi tentara tiap dua hari sekali setelah menerima undangan tampil tersebut.
Setiap tentara yang datang menemui Mandra selalu memberi tahu tentang larangan, aturan, dan semacamnya untuk dipatuhi oleh Mandra.
“Dari setelah dapet undangan tampil itu, gue jadi tahu, ‘pantes semua pelawak kalau main di depan Ibu Tien, depan Pak Harto enggak ada yang lucu, coba perhatiin dah’, lah gimana enggak mau tegang, dua bulan sebelum acara kita sudah di-booking istilahnya, dari mulai di-booking sampai dua bulan ke depan sampai jelang acara itu kita enggak pernah lepas, setiap dua hari didatengin, didatengin tentara dikasih tahu, diarahin ‘nanti ngomongnya begini, nanti caranya begini,’ lah itu pelawak cepirit bisa, gimana mau melawak hayo,” tutur Mandra.
Semakin dekat jelang hari acara digelar, Mandra mengatakan, intensitasnya bertemu tentara semakin sering, bahkan sampai sesaat sebelum melucu di depan Ibu Tien.
Sadar gaya melawaknya yang ceplas-ceplos, Mandra semakin berpikir bagaimana bisa tampil dengan lucu tetapi tetap mengikuti semua aturan dan arahan yang sudah disampaikan sebelumnya.
Saat itu, Mandra dan Benyamin Sueb yang kedapatan bagian melawak kebingungan mencari cara.
Sementara, Rano Karno dan Suti Karno kebagian peran yang berbicara serius.
“Dari pertama dikasih tahu ‘enggak boleh ngomong begini, enggak boleh ngomong begitu’, makin lama, makin dekat acara makin rajin yang datengin, ntar dari sini, dari sini, protokolernya segala macem."
"Sampai pas datang di lokasi, ada sound tapi enggak boleh gede suaranya, kecil aja, biar enggak bikin ibu Tien kaget, pas sudah mau mulai masih aja dipaparin terus, kalau Rano Karno kali ya dia ngomong serius pantes, lah gue sama dia berdua-dua bingung, kita enggak melawak tapi emang tugas kita, mau melawak tapi juga bingung,” ucap Mandra mengenang.
Beruntung, Mandra saat itu berhasil melucu bersama Benyamin dan bisa membuat Ibu Tien terhibur.
Keberhasilan ini, kata Mandra, tak lepas dari ajakan Benyamin Sueb untuk berani mendobrak sedikit protokoler yang dirasa membebani tugasnya untuk melawak.
“Itu pas mau tampil, Babe Benyamin ngomong, ‘kita lawan aja yok (protokoler)’, ya gua mah ayok, tapi beneran, asal bareng ya, daripada gue diborgol dia kagak,” ucap Mandra.
“Akhirnya ujung-ujungnya, mulai dah ngomong, nah itu di tiap ujung itu paspampres itu kumisnya tebel-tebel, melotot semua, lah saya berdua sama Babe Benyamin udah takut, itu baru ngerasain ngelawak sama Babe Benyamin ngelawak nunduk,” imbuh Mandra.
Setelah berpikir panjang, Mandra akhirnya memberanikan diri mengikuti ajakan Benyamin Sueb.
Mandra dan Benyamin Sueb menyanyikan salah satu lagu khas Jakarta, yakni “Ondel-ondel”. Tanpa disangka dan diduga-duga, ternyata Ibu Tien ikut berdiri untuk turut bernyanyi meski hanya sebentar.
Mandra dan Benyamin Sueb akhirnya sedikit bernapas lega, meskipun sejumlah paspampres yang ada tiap sudut ruangan saat itu semakin tak henti memelototi dirinya dan Benyamin Sueb.
“Akhirnya kita nyanyi, lagunya ‘Ondel-ondel’ lagi, pas bagian ‘nyok kite nonton ondel-ondel’, gua diminta Benyamin sodorin mic-nya ke Ibu Tien, lah gua takut, akhirnya Benyamin yang deketin, itu akhirnya ternyata Ibu Tien mau bangun ikut nyanyi sebentar. Lah itu orang semua udah pada terhibur lihat Ibu Tien bangun, tapi semua paspamres itu yang diujung-ujung makin melotot, setelah itu kita udah kepikiran ini gimana nasibnya,” ucap Mandra. GridPop.ID (*)