Masing-masing nilai memiliki arti, yaitu sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti percaya diri, dan ora mingkuh berarti bertanggung jawab.
Pada awalnya, permainan hanya dilakukan pada keluarga Kerajaan Mataram, sebagai perlombaan di kalangan prajurit kerajaan.
Dalam perjalanan waktu, olahraga memanah semakin diminati dan dimainakn oleh kalangan rakyat biasa.
Filosofi Jemparingan Gaya Mataram
Tujuan jemparingan adalah membentuk watak, salah satunya sawiji. Fokus panahan jemparingan terletak pada kemampuan pemanah membidik target dengan tepat.
Panahan jeparingan dilakukan dengan duduk bersila. Proses membidik tidak dilakukan dengan mata melainkan memposisikan busur dihadapan perut sehingga bidikan dilakukan berdasarkan perasaan pemanah.
Gaya tersebut sejalan dengan filosofi jemparingan gaya Mataram, yaitu pamenthanging gandewa pamanthening cipta, yang berarti membentangkan busur sejalan dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran bidik.
Makna pamenthanging gandewa pamanthening cipta dalam kehidupan sehari-hari adalah manusia yang memiliki cita-cita hendaknya berkonsentrasi penuh pada cita-citanya supaya tercapai.
Cara Bermain Jemparingan
Jemparingan berarti anak panah. Permainan jemparingan terdiri dari sejumlah peralatan yang masing-masing memiliki namanya sendiri.
Permainan jemparingan terdiri dari deder atau batang anak panah, wulu atau bulu pada pangkal anak panah, bedor atau mata anak panah, dan nyenyep atau bagian pangkal dari jemparing yang terletak pada tali busur saat memanah.
Busur panah bernama gandewa yang terdiri dari cengkolak atau pegangan busur, lar atau bilah yang terdapat di kiri dan kanan cengkolak, dan kendheng atau tali busur yang masing-masing ujungnya dikaitkan ke bagian ujung-ujung lar.