Dulu lebih banyak tamu di Mukti Bhawan,tapi bangunan itu belakangan malah menjadi hotel regular yang membawa uang untuk kota di mana kremasi yang berlangsung 24 jam menjadi daya tarik.
Baca Juga : Bukan karena Stroke dan Pendarahan Otak, Robby Tumewu Meninggal Akibat Infeksi Paru-paru
Bhairav Nath Shukla, yang menjadi pengurus Mukti Bhawan selama lebih dari 40 tahun, mengatakan, sebagian besar tamunya meninggal dunia beberapa hari setelah menginap.
Biasanya, kata Bhairav, dua pekan adalah batas waktu seseorang bisa menggunakan kamar di tempat itu.
"Ada pengecualian. Beberapa orang sudah amat sakit tetapi masih hidup setelah lebih dari sepekan," ujar Bhairav.
"Terkadang kami minta keluarga untuk membawa mereka pulang dan kembali lain waktu.
Terkadang kami izinkan mereka tinggal lebih lama," tambah dia.
Akibat perkebangan kota Varanasi, Mukti Bhawan yang didanai lewat sumbangan, kini tak lagi memiliki pemandangan Sungai Gangga.
Meski demikian, antrean orang miskin yang ingin meninggal dunia di tempat itu masih panjang.
Mereka ini bahkan rela menempuh perjalanan ribuan kilometer, bahkan dari luar negeri atau sekadar naik mobil dari pedalaman India.
Lalu berapa tarif hotel ini?
Baca Juga : Bukan karena Stroke dan Pendarahan Otak, Robby Tumewu Meninggal Akibat Infeksi Paru-paru
Para tamu cukup membayar 1 dollar AS atau sekitar Rp 14.000 untuk kamar yang dilengkapi kipas angin.
Penulis | : | Nailul Iffah |
Editor | : | Nailul Iffah |
Komentar