GridPop.id - Batang pohon tunggal atau dalam bahasa dayak disebut dengan bajakah tiba-tiba mencuat.
Nama bajakah, tumbuhan liar di hutan Kalimantan, mendadak menjadi perhatian setelah tiga siswa SMA 2 Negeri Palangkaraya yang menemukan obat penyembuh kanker dengan tanaman tersebut.
Akar tanaman bajakah sendiri sudah digunakan masyarakat setempat sejak turun-temurun.
Bahkan salah satu warga yang mengidap kanker payudara stadium empat telah merasakan khasiat dari bajakah.
Namun, di balik penemuan itu, terdapat kekhawatiran pihak guru pembimbing siswa.
Mereka takut akan banyak orang memburu pohon itu sehingga bisa merusak hutan di Kalimantan Tengah.
Berikut fakta di balik khasiat akar tanaman bajakah:
1. Tumbuhan hidup di hutan
Tumbuhan ini hanya bisa didapatkan di bagian dalam hutan, salah satunya di hutan yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Palangkaraya.
Pohonnya tumbuh dengan cara merambat meski memiliki batang yang kuat dan cukup besar.
Rambatan pohon ini bisa mencapai ketinggian lebih dari 5 meter hingga ke puncak pohon lain.
Akarnya pun menghujam di dasar aliran air lahan gambut.
Pohon ini hanya bisa hidup di lokasi rimbun di mana sinar matahari tak banyak masuk, tertutup rimbunnya hutan.
Sepintas, pohonnya seperti pohon biasa, sulit dibedakan dengan tanaman lain.
2. Dianggap tanaman mistis
Bajakah merupakan tanaman khas Kalimantan Tengah yang sudah lama dipakai sebagai penyembuh kanker secara turun-temurun oleh nenek moyang suku Dayak.
Guru pembimbing SMAN 2 Palangkaraya, Herlina, mengatakan, belum pernah ada penelitian ilmiah terhadap tanaman bajakah.
Hingga muncul anggapan dari masyarakat setempat yang mengindentikkan tanaman bajakah dengan hal berbau mistis.
"Tanaman ini selalu diidentifikasi dengan mistik. Namun, berdasarkan hasil laboratorium yang kami uji, kandungan dalam tanaman ini memang dapat menyembuhkan kanker," kata Herlina seperti dikutip Kompas.com dari tayangan AIMAN, Rabu (13/8/2019) pagi.
3. Miliki antioksidan
Kayu bajakah merupakan tanaman yang dijadikan obat penyembuh kanker oleh siswa SMAN 2 Palangkaraya.
Kepala Laboratorium Bio Kimia dan Molekuler dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM) Eko Suhartono tak menyangka, saat ditawari meneliti kayu bajakah ada banyak kandungan senyawa antioksidan pada kayu bajakah yang bisa berfungsi melawan sel kanker.
"Hasil penelitian di lab, yang jelas bajakah ini memiliki senyawa-senyawa yang bisa berperan sebagai antioksidan yang sekaligus bisa berperan sebagai anti kanker," ujarnya.
4. Sembuhkan kanker payudara stadium empat
Daldin, salah satu warga suku Dayak asli di Kabupaten Gunung Mas, Palangkaraya, keluarga penderita kanker payudara stadium empat, mengatakan bahwa ibunya menderita kanker payudara stadium empat 10 tahun lebih.
Ibunya divonis mengidap kanker payudara stadium empat pada 1970-1980-an, hingga menyebabkan payudaranya mengeluarkan nanah.
Namun, sang ibu menolak dan memilih untuk pulang kampung.
Daldin mengatakan, ibunya dapat sembuh total setelah mengonsumsi rebusan air dari akar tanaman bajakah yang dicari ayahnya di tengah hutan.
"Hanya dalam dua minggu reaksi, sebulan sembuh total," kata Daldin saat diwawancarai secara eksklusif oleh Aiman Witjaksono, host program AIMAN di Kompas TV, Selasa (13/8/2019).
5. Takut eksploitasi hutan
Setelah tiga SMAN 2 Palangkaraya berhasil menemukan obat mujarab penyembuh kanker dari tanaman bajakah dan menjadi juara dunia di Seoul, Korea Selatan, muncul kekhawatiran dari guru tersebut akan banyak orang memburu pohon itu sehingga bisa merusak hutan di Kalimantan Tengah.
Awalnya Helita menolak untuk diwawancarai, apalagi membuka secara utuh asal-usul serta nama jelas kayu yang disebut bajakah tersebut.
Ia tidak ingin penemuan itu justru berdampak pada kerusakan hutan di Kalimantan Tengah.
Bahkan, ia khawatir akan terjadi eksploitasi alam besar-besaran terhadap hutan di Kalimantan Tengah, terutama bagi kalangan yang memiliki tujuan untuk komersial.
“Saya tidak mau kalau ini nanti justru akan menjadi masalah, khususnya dalam hal eksploitasi hutan Kalimantan Tengah,” kata Helita saat ditemui Kompas.com di SMA Negeri 2, Palangkaraya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Grid. |
Komentar