Ya memang, dukun tersebut meminta sebuah radio pada Soekarno sebagai imbalannya, tentu juga dengan iaya pulang.
Yusuf mengaku sempat bertemu Badulambun pada dekade 80-an dan melihat bagaimana kondisi sang dukun sakti itu.
"Ketemu waktu itu pun sudah sangat tua," katanya sembari menambahkan bahwa sekitar 80-an itu Badulambun meninggal.
Abdul Lambun, menurut keterangan M Yusuf, memang terkenal sakti dan kisahnya sudah menyebar hingga sekarang dengan berbagai versi.
"Dari ilmu putih sampai ilmu hitam dikuasainya, juga ilmu pengobatan. Jadi semua ilmu dikerahkannya waktu itu," terangnya.
"Tentu kalau dulu memang banyak cerita dari Marga Serampas tentang ilmu hitamnya, tapi kalau sekarang nggak ada lagi. Sudah mulai jarang semenjak masuk agama," ungkap M Yusuf yang ternyata juga kerja di lembaga pemerintahan.
Pada waktu yang berbeda Tribunjambi.com menghubungi Alutral, anak lelaki Badulambun yang urutan keempat dan sudah berumur 59 tahun.
"Dulu itu awal tahun 1962, dio ke Jakarta. Melalui Danrem Jambi waktu itu ia dijemput oleh anak buah Kolonel Abunjani. Satu letnan dan dua sersan. Di bawa ke Jambi dan langsung berangkat ke Jakarta," ungkapnya.
Alutral membenarkan perihal ayahnya yang waktu itu berangkat ke Jambi dan langsung ke Jakarta untuk mengobati Bung Karno waktu itu.
"Kalau kata orang dusun tu namonyo menghilang 4 sampai 6 bulan. Dibawa ke istana Bogor, istana Bali, keliling-keliling," kisahnya.
Pada waktu itu kondisi Soekarno, tutur Alutral menceritakan sang ayah, mengalami sakit Batu Rajo atau yang biasa dikenal dengan batu ginjal.
Bung Karno, diketahui Alutral dari cerita ayahnya, tidak mau dioperasi sehingga mmebuat Badulambun kemudian dikirim ke Jakarta.
Versi berbeda dari yang diceritakan M Yusuf dan Alutral, ada pada hadiah untuk Badulambun.
Alutral menambahkan waktu itu presiden pertama itu menawarkan hadiah mobil, boleh pilih mobil mana pun yang dia mau. Badulambun hanya menginginkan oleh pemerintah dibukanya jalan.
"Cuma itu maunyo, minta buka jalan dari Bangko sampai ke Tanjung Kasri," ungkapnya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Jogja |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar