GridPop.ID - Menjadi anak publik figure, tentunya mau tak mau akan selalu menjadi sorotan publik.
Begitu juga dengan sosok Rafathar Malik Ahmad.
Beberapa waktu lalu, anak semata wayang Raffi Ahmad dan Nagita Slavina ini menjadi sorotan publik karena viral di Twitter.
Hal ini karena beredar luas sikap Rafathar yang tampak marah dan ngomel saat ditanya Nagita Slavina soal perasaanya kena prank.
Siapa sangka, ternyata reaksi dari Raffi Ahmad ini bukanlah reaksi yang biasa.
Hal ini langsung menjadi sorotan seorang psikolog.
Dalam video tersebut, Rafathar sedang ditanya oleh Nagita Slavina soal perasaannya ketika diprank orang tuanya.
"Aa kalau diprank marah enggak?" tutur Nagita Slavina.
"Ya marah, nggak tahu (kenapa). Dijahilin ya marah," jawab Rafathar singkat nan menggemaskan.
Lalu, Nagita kembali menanyakan lagi penyebab Rafathar marah.
"Ya marah (kalau di-prank), lihat, lihat videonya," kata Rafathar.
Kemudian Rafathar menjelaskan video yang ia maksud.
"Enggak lihat memang, hah? Vlognya hah? Kan divideoin, yang poop, jin, om Baim di sini terus tidur," ujar Rafathar dengan kesal.
Ekspresi Rafathar yang kesal karena sering di-prank oleh Raffi dan Nagita pun langsung mendapat perhatian warganet di Twitter.
Netizen pun merasa kasihan kepada Rafathar lantaran sering menjadi korban prank dan dijadikan sebagai 'konten'.
Banyak yang mengkhawatirkan bila terus menerus dijadikan 'konten' maka akan berakibat pada kesehatan mental bocah berusia 5 tahun ini.
Melansir dari Grid.ID, Psikolog anak, Kurniasih Dwi Purwanti turut memberikan pandangan terkait kesehatan mental Rafathar.
Wanita yang akrab disapa Uni ini mengatakan jika masyahrakat harus memahami jika sosok Rafathar ini lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai selebriti.
Untuk itu, segala konsekuensi yang ada seperti terbatasnya privasi, akan berkaitan dengan kehidupannya.
Namun, terkait kekesalan Ratathar, Uni berpendapat itu merupakan proses penyampaian dari situasi yang dialaminya.
"Itu merupakan proses menyampaikan pendapat karena mengalami situasi yang membuatnya tidak nyaman."
"Sehingga perlu juga diperhatikan ekspresi perasaan dan reaksi emosi dari Rafathar agar orang tua lebih mengetahui proses perasaanya," ujar Uni, yang dilansir dari Tribun Seleb, Kamis (27/8/2020).
Uni berpendapat, jika mengerjai dengan 'prank' tidak serta merta langsung berpengaruh pada kesehatan mentalnya.
"Asalkan setelah 'mungkin' dilakukan prank atau hal-hal yang tidak nyaman, orang tua wajib memberi pemahaman yang baik dan penguatan pada anak," papar psikolog dari RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ini.
Selain itu, Uni menyarankan agar tidak banyak mengulang (prank) agar anak dapat membedakan antara kehidupan keseharian dengan kehidupan yang berbau 'konten'.
"Juga berikan waktu jeda/luang untuk lebih melekatkan hubungan antara anak dan orang tua," ungkap Uni
Selain itu, konten Raffi Ahmad dan Nagita bersama Rafathar juga tidak hanya menampilkan 'prank' semata.
"Saya termasuk yang subscribe youtube mereka, sebenarnya banyak juga konten (bersama Rafathar) yang berisi hal-hal kebaikan dan memotivasi."
"Karena mereka hidup di lingkungan entertaiment, jadi media youtube menjadi salah satu sarana mereka dalam bekerja. Dimana pasti tidak dapat dipisahkan dari kehidupan putra mereka," jelasnya.
Terakhir, Uni memberikan solusi agar anak selebriti seperti Rafathar, tidak terganggu kesehatan mentalnya.
"Kenali tahapan perkembangannya, saya juga melihat mereka sudah menyekolahkan Rafathar di sekolah terbaik, diselinggi juga les/kursus dan bermain."
"Lalu milikilah quality time bersama keluarga, sehingga lebih erat hubungannya,"
Kemudian, Uni menyarankan agar orang tua memiliki waktu jeda dari sorotan kamera dan memperluas pertemanan sang anak sesuai dengan usianya.
"Miliki waktu jeda dari sorotan kamera, misalkan liburan tanpa ada kamera dan memperluas pertemanan (sesuai dengan usia) sehingga ketrampilan sosial semakin terasah," pungkasnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Grid.ID,Wiken |
Penulis | : | Septiana Hapsari |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar