"Karena gejala ringan, jadi dianjurkan petugas kesehatan untuk isolasi mandiri di rumah. Dan tulang saya menurutinya," ujar Jhosua.
Akan tetapi, aparat desa menempatkan Salamat di sebuah gubuk yang berada di hutan dan jauh dari desa.
Setelah beberapa hari tinggal di sana, Salamat depresi dan kemudian memutuskan untuk kembali ke rumah pada, Kamis (22/7/2021).
"Tulang saya sempat dijauhkan dan dibuat di gubuk di dalam hutan. Rupanya dia tidak tahan dan depresi, makanya kembali ke rumah.
Nah, saat itulah masyarakat setempat datang dan memaksa tulang saya dan terjadilah aksi yang sangat tidak manusiawi itu. Kejadiannya pada Kamis, 22 Juli 2021," kata Jhosua.
Ia menambahkan bahwa pamannya diseret dalam kondisi tubuh yang terikat, lalu dipukuli layaknya hewan.
Source | : | Kompas.com,Tribunmedan.com |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar