Namanya sudah masuk dalam daftar hitam Imigresen Malaysia sehingga ia hanya berharap mendapatkan kabar baik bagi anak dan istrinya.
"Mau bagaimana lagi? Apalagi sekarang tidak ada diizinkan orang melintas karena ditutup jalurnya (lockdown).
Saya hanya bisa menunggu saja, meski tak pernah berkabar, lambat laun pasti mereka tahu keberadaan dan kondisi saya," tuturnya.
Meski memendam kerinduan dan penyesalan mendalam karena tak dapat mendampingi keluarga sejak dideportasi, Bakri tak pernah patah semangat.
Ia memiliki harapan bisa mendapat kabar baik tentang anak istrinya yang sudah menjadi warga Malaysia.
"Saya selalu ada harapan, saya punya doa yang menjadikan kesedihan ringan dan semangat masih ada selagi badan masih bernyawa," tutur dia.
Sambil memetik gambusnya, ia mengatakan bahwa alat musik itulah yang selama ini menjadi tempatnya menuangkan kerinduan dan impian.
Ia membuat gambus hanya bermodal parang dan kulit ikan pari sebagai ampelas.
Di malam yang sunyi karena berada di tengah kebun, alunan gambus hadir sebagai pengusir sepi dan menjadi sebuah pesan betapa seorang ayah memendam rasa sayang yang belum sempat tersampaikan.
Source | : | Kompas.com,Tribun Medan |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar