GridPop.ID - Dibalik kesuksesannya, Latief Sitepu pemain Tukang Bubur Naik Haji sempat tak direstui jadi artis.
Bahkan saat Latief Sitepu ingin menjadi artis, harus main belakang dengan ayah tercinta.
Pemeran Haji Muhidin, Latief Sitepu bini berbagi cerita soal perjalanan kariernya di dunia akting.
Dilansir dari Tribun Seleb, dibalik kesuksesannya memerankan Haji Muhidin, perjalanan karier Latief Sitespu di dunia akting yang bermula sebagai figuran.
"Awalnya tuh saya suka banget sama film. Kepikiran, pengin terlibat dalam industri ini dan akhirnya dapat tawaran jadi figuran tahun 1963," kata Latief Sitepu eksklusif kepada Warta Kota (Tribunnews.com Network).
Pria berusia 80 tahun ini menyebut, untuk terjun ke dunia seni peran, Latief harus main belakang dengan ayahanda tercintanya.
Sebab, Latief mengungkapkan kalau sang ayah tak setuju dirinya menjadi seniman karena tidak punya masa depan.
"Sempat saya syuting jadi figuran di Menteng, dapat satu scene aja. 15 menit baru selesai, ayah saya datang sambil bawa pistol. Dia suruh saya pulang," ucapnya.
"Tanpa pikir panjang saya langsung pulang dan pamit sama semua tim produksi," sambungnya.
Suatu waktu, Latief menyebut sang ayah dinas ke luar kota jadi kesempatan bagi pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara, 10 Mei 1942 ini untuk kabur dari rumah.
Latief pun pergi ke Tanjung Priok ke tempat omnya. Ia tinggal di asrama karena pamannya bekerja sebagai anggota Brimob.
"Ceritanya seminggu kemudian ada penerimaan Ganyang Malaysia. Saya mikir sambil kesal karena film gabisa, saya daftar ke Brimob jadi Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), sekarang jadi Pos guard pengawal pantai," jelasnya.
"Saya lulus dan melakukan pelatihan selama sembilan bulan dan dikirimlah saya ke Riau untuk bersiap perang," sambungnya.
Latief mengakui kala itu ia sudah siap mati dalam perang. Akan tetapi, peperangan tak dirasakan olehnya karena Indonesia dan Malaysia sepakat berdamai.
"Terus saya mangkal di Dumai, sata keliling Kepulauan Riau lah. Begitu kembali ke pangkalan di Dumai, kenal sama wanita yang jadi istri saya," ungkapnya.
Kemudian, Latief dipindah tugaskan ke daerah Balawan, Medan, Sumatera Utara. Ia mengelilingi wilayah sana untuk melakukan patroli laut
"Terus saya nonton televisi lah, saya melihat rekan-rekan saya sudah maju dan sukses seperti Rima Melati, Rhoma Irama, dan banyak lah. Saya jadi keinginan buat balik lagi jadi seniman sukses," katanya.
Suami Lailawaty Hasibuan ini pun meminta bantuan kepada sang ayah, untuk dibuatkan surat pemindahan dari Belawan ke Jakarta.
Baru enam bulan di Jakarta, Latief dipanggil oleh TVRI untuk mengisi program seni.
Namun, ia sempat ragu karena hampir 20 tahun tidak bermain peran.
Kemudian, Latief diajak seorang sutradara ke Gelanggang Remaja di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat untuk mengasah kemampuan seninya lagi dan terjun di musik.
"Beberapa tahun kemudian ada layar lebar, akhirnya masuk. Di dinas udah ogah ogahan. Saya akhirnya pensiun, terus terjun jadi seniman lagi," ucapnya.
Sejak tahun 1981 hingga saat ini, Latief Sitepu aktif di dunia akting.
Bahkan, ia mengakui sudah membintangi 400 judul baik sinetron stripping hingga layar lebar apapun perannya.
"Cuma saya sadar, saya baru dikenal publik setelah membintangi sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series selama 5 tahun jadi Haji Muhidin," ujar Latief Sitepu.
"Begitu terkenal baru sadar, saya biasa aja lah. Ceritanya panjang dan inilah cerita saya di dunia seni peran," sambungnya.
Karakternya yang nyebelin dan menggemaskan membuat penonton terhibur saat menyaksikan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji.
Kendati demikian, Latief Sitepu mengakui popularitas menjadi cobaan besar baginya.
"Karena ketika jadi populer orang mau kenal terus," kata Latief Latief Sitepu.
Selama syuting Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series, mantan anggota Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) ini, sering didatangi penggemarnya ke lokasi untuk minta foto.
Latief mengaku, penggemarnya lokal dan dari luar negeri seperti London, Malaysia, Brunei Darussalam, hingga New Zealand.
"Sampai syuting aja orang dari London ke Jakarta khusus nyari saya bawain cokelat. Nyariin, mana Haji Muhidin."
"Saya samperin, katanya mereka tiap hari nonton saya di London, jadi dia nonton sama komunitas muslim di sana. Makanya dia tau saya."
"Terus dia minta foto bareng sama saya, bahkan dia mau ajak saya ke London. Wah boro boro ke London, libur aja nggak bisa, gimana ke London. Syuting tiap hari."
"Saya minta maaf lah akhirnya foto bareng aja. Dia datang dua kali," ujarnya
Selain dari berbagai daerah hingga internasional, Latief disambangi penggemar dari Jakarta yang sambil menangis dan mencubitnya karena ngeselin.
"Suatu saat datang dari Cipayung, mantan ABRI namanya H Basri. Datang ke loksyut (lokasi syuting-Red), dia nonjok tangan saya waduh."
"Ada enaknya ada sedihnya juga ditonjok. Dia minta izin nonjok, ya udah saya kasih aja," katanya.
Kemudian yang terakhir, Latief Sitepu berbagi cerita didatangi penggemarnya yang mengidap darah tinggi.
Ketika nonton sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series, kata Latief, penyakit darah tinggi penggemarnya ini sembuh.
"Ketawa melulu nonton saya," ujar Latief Sitepu.
"Ya saya enggak apa-apa, kan menyenangkan orang kan pahala ya. Alhamdulillah, saya jaga itu lah. Luar biasa banget," ujarnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribun Seleb,Tribun Tangerang |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar