"Area otak bertanggung jawab atas ingatan, ketakutan, agresi, dan emosi lainnya," kata Brahmbhatt.
"Sebab, seks juga menyebabkan pelepasan besar dopamin -zat kimia yang bertanggungjawab atas perasaan senang- ini adalah reaksi yang mirip dengan makan makanan favorit, berjudi, menerima pujian, atau mendengarkan lagu favorit."
"Itu menjadi pengalaman indrawi yang kita cari,” imbuh Brahmbhatt.
“Semakin banyak dorongan -dalam hal ini, seks-, semakin banyak dopamin dan semakin kita terus memburunya. Jika itu membuat kita merasa baik, kita akan menginginkan lebih,” lanjut dia.
Sedangkan pada wanita, tanda-tanda fisik muncul dengan dinding vagina yang mulai terlumasi, kemudian klitoris serta jaringan di sekitarnya mulai membengkak.
“Ini adalah perubahan yang diperlukan untuk menikmati seks sepenuhnya."
"Untuk beberapa orang, itu terjadi dalam hitungan detik, dan untuk yang lain, mungkin butuh waktu lebih lama,” kata Brahmbhatt.
Terjadi peningkatan aliran darah yang dipicu oleh lonjakan oksida nitrat dalam tubuh ketika bercinta.
“Itulah sebabnya kamu mungkin memperhatikan bagian tubuh yang memerah. Ini juga mengapa puting menjadi lebih sensitif dan ereksi," jelas Brahmbhatt.
Bergantung pada seberapa ketat hubungan intim, maka denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan akan terus meningkat.
Begitu pula dengan dopamin dan epinefrin -hormon adrenalin, juga terus meningkat saat berhubungan seks, dan, saat mendekati klimaks, otot-otot di seluruh tubuh mulai tegang karena perubahan pada otak kecil.
Source | : | Kompas.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar