GridPop.ID - Tahukah kamu apa yang terjadi pada otak seseorang saat sedang melakukan hubungan intim?
Seperti diketahui bahwa melakukan hubungan intim memiliki banyak manfaat.
Melansir Serambinews.com, ada sejumlah manfaat bercinta yang harus diketahui.
Manfaat tersebut meliputi menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit termasuk saat PMS, meningkatkan kesehatan jantung, meningkatkan kualitas tidur, serta mencegah kanker prostat.
Ketika bercinta, seseorang akan merasakan emosi yang naik turun.
"Seks itu baik," kata Jamin Brahmbhatt, MD, ahli urologi bersertifikat dan pakar kesehatan seksual dilansir dari Kompas.com.
"Mengetahui apa yang terjadi pada tubuh dan otak sebelum, selama, dan setelah berhubungan seks berpotensi membuat seks menjadi luar biasa,” imbuh dia.
Sebab mengetahui apa yang terjadi pada akan menghasikan pengalaman seks yang lebih nyaman dan lepas.
“Saat muncul keinginan biologis untuk berhubungan seks, ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi di dalam tubuh," jelas Brahmbhatt.
"Pada pria, banyak dari kondisi ini didorong oleh testosteron. Pada wanita, proses dorongan seksual sedikit lebih kompleks,” imbuh dia.
Baca Juga: 5 Infeksi Penyakit Kelamin yang Bisa Picu Rasa Nyeri Saat Melakukan Hubungan Intim
Peningkatan aktivitas di bagian tertentu di otak sebelum berhubungan seks, khususnya, sistem limbik (pusat emosional) adalah yang pertama dipicu, berdasarkan studi MRI.
"Area otak bertanggung jawab atas ingatan, ketakutan, agresi, dan emosi lainnya," kata Brahmbhatt.
"Sebab, seks juga menyebabkan pelepasan besar dopamin -zat kimia yang bertanggungjawab atas perasaan senang- ini adalah reaksi yang mirip dengan makan makanan favorit, berjudi, menerima pujian, atau mendengarkan lagu favorit."
"Itu menjadi pengalaman indrawi yang kita cari,” imbuh Brahmbhatt.
“Semakin banyak dorongan -dalam hal ini, seks-, semakin banyak dopamin dan semakin kita terus memburunya. Jika itu membuat kita merasa baik, kita akan menginginkan lebih,” lanjut dia.
Sedangkan pada wanita, tanda-tanda fisik muncul dengan dinding vagina yang mulai terlumasi, kemudian klitoris serta jaringan di sekitarnya mulai membengkak.
“Ini adalah perubahan yang diperlukan untuk menikmati seks sepenuhnya."
"Untuk beberapa orang, itu terjadi dalam hitungan detik, dan untuk yang lain, mungkin butuh waktu lebih lama,” kata Brahmbhatt.
Terjadi peningkatan aliran darah yang dipicu oleh lonjakan oksida nitrat dalam tubuh ketika bercinta.
“Itulah sebabnya kamu mungkin memperhatikan bagian tubuh yang memerah. Ini juga mengapa puting menjadi lebih sensitif dan ereksi," jelas Brahmbhatt.
Bergantung pada seberapa ketat hubungan intim, maka denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan akan terus meningkat.
Begitu pula dengan dopamin dan epinefrin -hormon adrenalin, juga terus meningkat saat berhubungan seks, dan, saat mendekati klimaks, otot-otot di seluruh tubuh mulai tegang karena perubahan pada otak kecil.
Perlu diketahui bahwa seks juga dapat meningkatkan sistem kekebalan serta rasa percaya diri dan kreativitas.
Kesimpulan ini muncul dari sebuah studi di Wilkes University yang menunjukkan bahwa orang yang berhubungan seks 1-2 kali seminggu mengalami peningkatan imunoglobulin A sebesar 30 persen.
Imunoglobulin A bertugas untuk memperkuat kekebalan.
“Penelitian telah menunjukkan seks dan meditasi menerangi area serupa di otak," kata Kim Anami, pakar seks dan hubungan holistik dan pendiri Anami Alchemia.
"Baik seks dan meditasi membantumu merasa menyatu dengan diri sendiri dan dunia, intuisi akan diperkuat."
"Kita juga akan merasa lebih kreatif dan mampu mengatasi masalah dengan pikiran yang rileks,” imbuh Anami.
Ketika seseorang mencapai orgasme, hipotalamus -bagian dari otak yang mengeluarkan bahan kimiawi berupa hormon yang dibutuhkan tubuh untuk membantu mengendalikan organ dan sel-sel tubuh- bekerja amat keras mempersiapkan tubuh untuk orgasme.
"Ada pelepasan oksitosin dan peningkatan dopamin saat dinding vagina mulai berkontraksi."
Baca Juga: Benarkah Kanker Prostat Disebabkan karena Minimnya Frekuensi Hubungan Intim? Begini Kata Dokter
Sebenarnya oksitosin menghilangkan kortisol -hormon stres utama pada manusia.
"Kebanyakan dari kita hidup dengan tingkat kortisol yang tinggi. Oksitosin menyeimbangkan hal ini, membuat kita merasa puas, dan rileks,” kata Anami.
“Kita bahkan mungkin memiliki refleks di tangan dan kaki. Itulah sebabnya kita mungkin mengepalkan tangan ke tempat tidur atau ke tubuh pasangan saat mencapai klimaks," tambah Brahmbhatt.
"Sensasi ini mungkin terasa seperti kehilangan kendali total, tetapi kenyataannya adalah tubuh sepenuhnya dalam kendali penuh," ujar Anami lagi.
Ketika mencapai klimaks, tubuh akan melepaskan serotonin dan DHEA (Dehydroepiandrosterone), yakni sejenis hormon steroid yang dibuat oleh kelenjar adrenal pada laki- laki dan perempuan.
“Serotonin adalah neurotransmitter yang mengatur suasana hati dan membuat kita merasa damai, dan bahagia."
"DHEA memiliki efek antidepresan dan meningkatkan kekebalan,” kata Brahmbhatt.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar