9. Menjadi Bentuk Rasa Syukur
Puasa sunah bulan Syawal dapat menjadi bentuk rasa syukur karena Allah telah menghapus dosa-dosa.
Sebagai tanda syukur atas pengampunan dosa-dosa ini, disarankan untuk melaksanakan puasa sunah bulan Syawal selama enam hari berturut-turut setelah bulan Ramadan.
Hal ini sesuai dengan salah satu hadis berikut ini.
“Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim)
10. Dibersihkan Dari Segala Dosa
Ketika puasa sunah bulan Syawal dijalankan dengan penuh keikhlasan, dosa-dosa umat Islam dapat dihapus.
Ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa siapa pun yang berpuasa Ramadan, dan kemudian menyambungnya dengan puasa selama enam hari bulan Syawal, akan dianggap bersih dari dosanya seperti anak yang baru lahir ibunya.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari puasa bulan Syawal, maka ia dianggap bersih dari dosanya (dibersihkan dari segala doanya) seperti anak yang baru lahir (dilahirkan) ibunya.” (H.R. Muslim)
Nawaitu shauma ghadin an ada'i sunnatis Syawwali lillahi ta'ala.
Artinya: Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.
Jika seseorang mendadak ingin mengamalkan puasa Syawal di pagi hari, maka diperbolehkan meskipun dia tidak berniat saat malam harinya.
Sebab, niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib.
Nawaitu shauma hadzal yaumi 'an ada'i sunnatis Syawwali lillahi ta'ala.
Artinya: Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
Artinya: Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.
(*)
Source | : | Tribunkaltim.co |
Penulis | : | Helna Estalansa |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar