Menurut National Institute on Drug Abuse (NIDA), penelitian dan uji coba untuk penggunaan lain marijuana dan senyawanya sedang berlangsung.
Ganja mempengaruhi tubuh melalui reseptor cannabinoid, yang merupakan bagian dari sistem endocannabinoid. Sebagai bagian dari sistem ini, tubuh menciptakan beberapa cannabinoid secara alami.
Beberapa bahan kimia yang ada dalam ganja mungkin meringankan beberapa gejala diabetes.
Reseptor cannabinoid ini berperan dalam mengatur: keseimbangan energi, nafsu makan, sensitivitas insulin, fungsi sel pankreas, dan metabolisme lipid.
Kelompok advokasi, Aliansi Amerika untuk Ganja Medis (AAMC), menyatakan bahwa ganja dapat:
- Menstabilkan kadar gula darah
- Memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu menurunkan peradangan arteri
- Menawarkan perlindungan saraf, yang dapat mengurangi nyeri neuropatik, komplikasi diabetes.
- Menjaga pembuluh darah terbuka, menurunkan tekanan darah dari waktu ke waktu dan meningkatkan sirkulasi darah
- Meringankan kram otot
- Mengurangi nyeri gastrointestinal dan kram.
Namun, AAMC mengingatkan bahwa informasi mengenai manfaat ini bertentangan.
Penelitian masih berlangsung dan akan terus membantu kita lebih memahami efek obat dan efek samping.
Kelebihan berat badan atau obesitas adalah salah satu faktor risiko paling signifikan dalam perkembangan diabetes tipe 2.
Menurut Diabetes U.K., obesitas dapat menyebabkan 80 hingga 85 persen risiko mengembangkan kondisi tersebut.