GridPop.ID - Usai pesta demokrasi Pemilu 2019, rupanya masih menyisakan cerita tersendiri.
Hal ini berkaitan dengan para caleg yang menghadapi risiko stres ketika hasil suara tak sejalan dengan harapan dan perjuangannya.
Namun selain caleg, orang-orang di balik tim sukses para caleg juga terancam mengalami depresi.
Baca Juga : Harta Ludes dan Dikejar-kejar Penagih Utang, Caleg Gagal Ini Tidur di Emperan Bersama Gelandangan
Seorang dokter spesialis kejiwaan bernama Andri mengatakan mengenai risiko stres dan aktivitas caleg memiliki hubungan erat.
"Setidaknya ada dua hal yang paling berpengaruh pada risiko stres yang dialami para caleg," ujar dokter Andri, Selasa (8/4/2014).
Pertama, utang biaya kampanye yang harus dibayarkan jika seorang caleg tidak terpilih.
Baca Juga : Stres dan Dirawat di Panti Rehabilitasi, Caleg Gagal Ini Masih Umbar Janji Bagi-bagi Jabatan
Kedua, hal yang paling mungkin membuat stres yaitu ketidakmampuan memenuhi janji pada orang-orang yang berpengaruh di dalam pencalonannya.
Menurut Andri seperti dikutip GridPop.ID dari Tribunnews.com, untuk mendapatkan suara di daerah pemilihannya, para caleg sudah mengumbar janji.
Hingga janji itu tidak bisa ditepati maka mereka akan tertekan.
Terlepas dari nasib caleg yang sering lebih berisiko mengalami depresi, rupanya tim sukses juga bisa mendapatkan risiko yang sama.
Hal itu dirasakan oleh tim sukses dari calon anggota DPRD Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Baca Juga : Ungkit Bantuan Usai Shalat Jumat, Caleg Gagal Bikin Warga Emosi dan Kembalikan Karpet Lalu Usir dari Masjid
Dikutip dari Kompas.com, Musyid (45) seorang tim sukses mengaku mengalami depresi pada Selasa malam (23/4/2019).
Warga Desa Penpen, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, ini tak kuat karena terus ditagih sang caleg terkait hasil perolehan suara.
Mirisnya, sang caleg yang dimaksud ialah Khaerudin (35) yang tak lain adalah adik kandung sendiri.
"Saya tim sukses ring satu untuk caleg PAN Nomor 6 Dapil 7, namanya Khaerudin. Dia adik kandung saya," kata Mursyid seperti dikutip GridPop.ID dari Kompas.com.
Dia hanya mendapatkan 567 suara dari jumlah suara yang ditargetkan sebanyak 3.000 suara.
Mursyid mengatakan, tekanan itu diduga terjadi usai Kherudin memberikan sejumlah uang dan 3.000 butir telur dalam dua mobil boks kepadanya.
Mereka sudah memberikan 4 butir telur untuk setiap pemilih.
"Sekarang kalau orang silaturahim enggak ngasih-ngasih kan enggak enak. Udah ngeganggu waktunya, enggak enak kalau enggak ngasih. Saya bilang, ini sih titipan telur dari adik saya, sodakoh aja, doa dan dukungan pilih adik saya ya," kata Mursyid kepada Kompas.com mengulangi kata-katanya saat mengampanyekan adiknya.
Mursyid merasa yakin bahwa dirinya sudah bekerja keras memberikan sosialisasi kepada warga, dari rumah ke rumah.
Namun, saat penghitungan suara, Khaerudin mulai menanyakan perolehan hasil suaranya.
Berulang kali, Mursyid ditelepon dan ditagih suara yang pernah ditargetkan.
Baca Juga : 7 Polisi Gugur Saat Tugas Jaga Pemilu 2019, Penyebabnya Kecapekan sampai Kecelakaan Sepeda Motor
Namun, harapannya pun jauh dari kenyataan.
Melihat hal itu, Mursyid merasa kecewa pada diri sendiri karena tidak dapat memenuhi target.
Tak hanya itu, Mursyid juga merasa kesal pada warga yang sudah diberi sesuatu namun hasilnya tidak sesuai harapan.
Bahkan, Mursyid mengaku hubungan saudara adik kakak pun sempat merenggang karena masalah ini.
Karena perasaan yang terus berkecamuk itu, Mursyid pun mendatangi Padepokan Anti Galau Albustomi dan berbincang dengan pemilik padepokan, Ustaz Ujang Bushtomi, pada Selasa petang.
Sekitar pukul 19.30 WIB, Ustaz Ujang Bustomi bersama timnya membawa Mursyid ke Waduk Setupatok.
Mereka langsung memandikan Mursyid sambil melakukan serangkaian ritual.
Baca Juga : Pria Ini Banting dan Injak-injak Televisinya Sendiri Gara-gara Tak Terima Hasil Quick Count Pemilu 2019
Ustaz Ujang Bushtomi menyampaikan, depresi setelah pemilu tidak hanya menyerang calon legislatif, tetapi juga tim suksesnya.
Ujang menjelaskan, tim sukses caleg yang depresi berasal dari rasa tertekan. Caleg terus menagih dan meminta pertanggungjawaban perolehan suara yang tidak mencapai target.
Bahkan, tidak sedikit para caleg yang meminta uang dikembalikan karena jumlah perolehan suara kecil.
"Tim sukses juga mungkin sudah maksimal berkerja, tapi terus ditekan (caleg), bahkan meminta uangnya kembali. Tim sukses itu akhirnya stres seperti itu," kata Ujang di lokasi.
Diketahui, Ustaz Ujang melakukan pendekatan, terapi hingga ritual untuk membuat pasiennya merasa lebih tenang.
Jika kita sedekahkan, tidak ada iming-iming lain yang diharapkan. Harus ikhlas. Terapi yang dilakukan bertujuan agar semua aura negatif hilang, agar jiwa dan pikiran tenang dan searah,” kata Ujang. (*)