GridPop.ID - Beberapa waktu lalu, kisah menyedihkan dari seekor monyet di Taiwan menyita perhatian publik.
Monyet tersebut bulunya disiram dengan cat merah yang membuatnya bernasib sial.
Dikutip dari Suar.ID, seorang pengunjung melihat kera batu Formosa atau kera Taiwan itu terlihat sedih dan kesepian.
Baca Juga : Seekor Monyet Bawa Kabur Bayi Berusia 2 Minggu dan Melemparkannya Hingga Tewas
Para ahli percaya bahwa kera mungkin mengalami trauma atau syok setelah tubuhnya berwarna merah.
Warna bulu yang cerah dan aneh juga kemungkinan membuatnya ditolak dari kawanannya.
Pihak berwenang dari Departemen Pertanian Kabupaten Yilan mengatakan bahwa pemberian cat menunjukkan kera itu kemungkinan ditangkap dan sengaja disemprot atau disiram dengan cairan.
Baca Juga : Menyedihkan! Remaja Ini Dicemooh dan Dipanggil Monyet Hingga Dilempari Batu karena Kondisinya
Tidak jelas apakah kera itu menghadapi pengucilan permanen dari kawanannya, atau apakah bulu merahnya yang cerah mengandung zat beracun.
Departemen Pertanian mencatat bahwa pelaku bisa menghadapi denda hingga 300.000 dollar Taiwan (Rp 137 juta) karena melanggar Undang-Undang Perlindungan Hewan Taiwan.
Sekali lagi terjadi peristiwa tragis yang dialami oleh seekor monyet.
Mirisnya, monyet tersebut sampai harus merenggang nyawa di tengah kawanannya sendiri di sebuah tempat penangkaran di Jerman.
Dilansir dari Daily Mirror via Kompas.com, Kamis (9/5/2019), Cornelius merupakan pemimpin dari 22 ekor monyet Macaca Barbary yang ditempatkan di Affenwelt, Sondershausen.
Awalnya, monyet berusia 18 tahun itu hidup dengan bahagia di hutan seluas 1,5 hektar.
Hutan itu dibuat khusus sebagai tempat penangkaran mereka hingga sebuah insiden terjadi.
Menurut pengelola Affenwelt Silvio Dietzel, usia Cornelius yang terbilang senja membuatnya mempunyai kulit yang tipis, berpunuk, dan hampir tidak memiliki gigi.
Namun yang paling penting, lanjut Dietzel, penis Cornelius tidak bisa ereksi.
Hal itu membuatnya tidak bisa memberikan kebutuhan seksual terhadap sembilan betina di kelompoknya.
"Segera setelah seekor pemimpin Macaca Barbary tak bisa memberikan keturunan, dia bakal menjadi target pejantan lain dan tidak berguna di kelompoknya," ternag Dietzel.
Dietzel menuturkan, bentuk penyiksaan terhadap Cornelius terjadi ketika pawang memberi mereka makan.
Baca Juga : Demi Pasangan, 5 Artis Indonesia Ini Rela Jadi Mualaf Setelah Menikah!
Cornelius kerap ditendang oleh monyet-monyet lainnya.
Karena Cornelius tidak mempunyai taring, dia tidak bisa mempertahankan diri.
"Dia menjadi terpinggirkan. Tidak ada lagi yang menghormatinya," terang Dietzel.
Baca Juga : Menikah dengan Muzdalifah, Fadel Islami Bakal Dapat 5 Keuntungan, Salah Satunya Untung Dalam Hubungan Intim!
Dietzel melanjutkan, puncak dari penderitaan Cornelius adalah "pembalasan" yang dilakukan oleh para pejantan yang pernah ditaklukannya. Antara lain Jonas.
Cornelius pun dihajar secara brutal dan ditinggalkan dalam keadaan mati.
"Demi mendapatkan betina serta status dalam kerajaan mereka," terang Dietzel kembali.
Baca Juga : Perkosa Kambing Tetangga, Pria Ini Diseret ke Pengadilan Usai Pemiliknya Dengar Suara Aneh dari Kandang
Monyet Macaca Barbary banyak ditemukan di alam liar Afrika Utara maupun Gibraltar.
Pejantan bisa mencapai usia 25 tahun, sedangkan betina 30 tahun. (*)