GridPop.ID - Kecintaan Ani Yudhoyono terhadap kain tradisional daerah sudah menjadi rahasia umum.
Selama menjadi Ibu Negara, Ani Yudhoyono kerap berpergian ke berbagai daerah untuk melakukan kunjungan.
Pada saat itu lah Ani Yudhoyono mengkoleksi kain dari berbagai daerah yang dikunjunginya.
Kini sosok Ani Yudhoyono telah berpulang menghadap sang Khalik.
Setelah berjuang selama 4 bulan melawan penyakit kanker darah yang dideritanya, Ani Yudhoyono akhirnya meninggal dunia pada Sabtu (1/6/2019).
Sebelum meninggal dunia, Ani Yudhoyono sudah menyiapkan kain batik yang rencananya akan dipakai saat lebaran.
Sang menantu, Annisa Pohan sempat mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh ibu mertuanya menjelang lebaran.
Sehingga pada saat perayaan Idul Fitri mereka sekeluarga mengenakan pakaian batik dengan motif yang seragam.
Namun sang Khalik berkehendak lain sehingga kain batik yang telah dipilih Ani Yudhoyono digunakan untuk menutup jenazahnya.
Ani Yudhoyono telah membuktikan kecintaannya terhadap budaya Indonesia hingga akhir hayatnya.
Kecintaannya terhadap kain tradisional rupanya sudah mendarah daging sejak dirinya masih kecil.
Hal tersebut diungkap oleh penulis buku biografi Ani Yudhoyono, Alberthiene Endah lewat tayangan Kompas TV pada Senin (3/6/2019) lalu.
Alberthiene mengungkap bahwa kecintaan Ani Yudhoyono terhadap kain tradisional daerah Indonesia tak lepas dari pengaruh mendiang Ayahnya, Sarwo Edhie Wibowo.
Rupanya sejak kecil, Ani Yudhoyono dan saudara-saudara perempuannya sudah diajarkan untuk mencintai kain daerah dan mengenakannya saat lebaran.
"Tapi yang lebih menarik lagi Pak Sarwo juga mengajarkan bagaimana berjalan dengan kain. Jadi Pak Sarwo memakai kain batik dan kemudian berjalan untuk bisa tetap cantik dalam balutan kain dan tegak. Jadi mereka, Bu Ani dan saudara-saudara perempuannya belajar pakai kain itu dari Bapaknya," terang Alberthiene.
"Dan ketika hari Idul Fitri datang, mereka wajib pakai kain berkeliling ke rumah tetangga mereka seperti serombongan model dengan Sang Guru di depan. Itu Pak Sarwo Edhie keunikannya adalah kombinasi antara kedisiplinan dan juga memiliki kemampuan etika," pungkasnya.
(*)