Find Us On Social Media :

Hujan Es Sebesar Kelereng Terjadi di Aceh Tengah, Begini Dampak Buruk yang Dialami Warga

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Senin, 8 Juli 2019 | 15:35 WIB

Hujan es di Aceh

GridPop.ID - Suhu ekstrem yang melanda Indonesia beberapa minggu terakhir ini juga mengakibatkan sejumlah di Indonesia mengalami peristiwa alam yang tak biasa.

Belakangan, publik dikejutkan dengan kabar dataran tinggi Dieng yang diselimuti embun beku.

Foto-foto tersebar menunjukkan embun beku yang bertebaran di sepanjang tempat wisata di daerah Wonosobo, Jawa Tengah tersebut.

Baca Juga: Penyakitnya Disebut-sebut Mirip Olga Syahputra, Raffi Ahmad Stres Benjolan Muncul di Lehernya

Melansir dari Tribunnews.com (25/6/2019), pada Senin (24/6) lalu suhu di Dieng mencapai minus 11 derajat celcius.

Menyikapi kondisi suhu dingin ekstrem di wilayah dataran tinggi Dieng ini, BMKG menyebut bahwa fenomena tersebut normal.

"Beberapa hari terakhir suhu udara di sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator, khususnya di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara, cukup dingin dan mengalami penurunan signifikan pada malam hari," ungkap Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo.

Baca Juga: Tolak Ajakan Untuk Berhubungan Badan, Seorang Istri Dianiaya dengan Golok Oleh Sang Suami di Hadapan Anaknya

"Secara umum, kondisi suhu dingin ini terjadi sebagai akibat dari adanya aliran massa udara dingin dan kering dari wilayah benua Australia yang dikenal dengan aliran monsun dingin Australia," imbuhnya.

Rupanya, fenomena alam tersebut juga terjadi di wilayah ujung Barat Indonesia, yakni Aceh, yang mengalami hujan es.

Melansir dari Kompas.com, peristiwa hujan es yang melanda lima kampung di Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah pada Minggu (7/7/2019), merusak beberapa jenis tanaman warga dan juga seng atap rumah serta parabola.

Baca Juga: Dikira Cuma Ramalan Biasa, Akun Ini Ternyata Akurat Menerawang Posisi Jasad Thoriq Sebelum Ditemukan di Gunung Piramid

Hal itu diungkapkan Suprihono (42), warga Kampung Paya Tungel, Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah.

Dia menuturkan, hujan es datang bersamaan dengan angin kencang selama durasi kurang lebih 10 menit.

Hujan es sebesar kelereng tersebut merusak tanaman warga kebun, seperti cabai, bawang merah, terutama sumber penghasilan warga, yakni tanaman kopi arabika.

Baca Juga: Diperlakukan Begini Oleh Pengunjung Restorannya Sendiri, Kaesang Pangarep: Padahal Saya yang Punya

Sudah pasti hujan es ini menyebabkan daun kopi rontok, demikian bunganya yang seharusnya jadi buah, dan akan mempengaruhi produksi ke depan," kata Suprihono, yang juga pegawai penyuluh pertanian tersebut, Minggu (7/72019).

Bukan hanya itu, hujan es ini juga menyebabkan sejumlah seng rumah warga yang terdampak hujan es rusak.

"Tadi saya lihat ada atap seng rumah warga bolong karena es yang jatuh itu, memang seng atap rumahnya sudah tua," ujarnya.

Selain tanaman dan atap, parabola rumah warga juga mengalami kerusakan.

Baca Juga: Disebut Tengah Berseteru dengan Sang Ayah Oleh Jane Shalimar, Vanessa Angel: Tolong Kak Bicara yang Baik Atau Lebih Baik Diam

Hal itu karena butiran es seukuran kelereng atau kuku jari orang dewasa jatuh di atas alat penangkap siaran televisi itu.

"Parabola saya berlubang, karena memang butiran es yang jatuh saat hujan itu besar-besar," sebutnya.

Hujan es berbentuk bulat sebesar ukuran kelereng atau ukuran jari orang dewasa itu biasa terjadi setahun sekali setiap ada perubahan cuaca.

Baca Juga: Temukan Hal yang Tak Biasa, Penggali Kubur Ungkap Kondisi Liang Lahat Almarhum Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria memberikan penjelasan terkait hujan es di Aceh Tengah yang terjadi saat kemarau ini.

Menurut Zakaria, hujan es biasanya terjadi di satu daerah yang sangat lokal dan dengan durasi yang singkat dengan durasi waktu antara 7 hingga 12 menit, karena syarat terjadinya hujan es itu akibat adanya awan Cumulonimbus (CB) yang sangat susah diprediksi.

"Hujan es sama seperti terjadinya angin puting beliung, keduanya terjadi akibat adanya awan Cumulonimbus," katanya, Minggu (7/7/2019).

Hujan es terjadi lantaran ada awan Cumulonimbus dengan tinggi dasar awan yang sangat dekat dengan permukaan tanah dan di bawah awan, suhu udaranya sangat dingin.

Baca Juga: Bertahun-tahun Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Wanita Ini Berjuang Hidup Seorang Diri, Begini Nasibnya Setelah Ditemukan

Dengan demikian, awan CB yang merupakan kristal yang mulai jatuh sebagai hujan akibat dorongan angin kencang dari awan CB tidak sempat mencair.

Sehingga, di bawah permukaan awan juga dingin sehingga butir es tersebut jatuh ke permukaan tanah. (*)