GridPop.ID - Kekerasaan dalam dunia pendidikan kembali terjadi di Indonesia.
Kali ini korban merupakan para siswa di SMA Taruna Indonesia di Palembang.
Sebelumnya, seorang siswa tewas diketahui merupakan korban kekerasan, sementara ini ada lagi korban kritis yang diduga kasus serupa.
Melansir dari Tribun Sumsel, seorang siswa SMA Taruna Indonesia, Wiko Jerianda (16), menjadi korban dugaan kekerasan Masa Orientasi Siswa (MOS).
Rumah Sakit Karya Asih di Kecamatan Sako menjadi tempat perawatan Wiko saat ini.
Keluarga menaruh mengaku curiga dengan pihak sekolah.
Baca Juga: Maut di Pesta Pernikahan, Tamu Undangan Tewas Tertembak Oknum Polisi saat Joget, Suasana Mencekam!
Pasalnya, sang anak yang sakit dibawa jauh dari lokasi sekolah.
Padahal ada Rumah Sakit Myria yang berada lebih dekat dengan sekolah sehingga bisa lebih cepat diberikan.
"Keluarga ini sempat curiga mengapa Wiko dibawa ke RS Karya Asih ini, padahal kan cukup jauh dari lokasi sekolah," ujar Firli Darta, pengacara keluarga korban Wiko.
Baca Juga: Sering Mengintip Kerabat Berhubungan Badan, Pria Ini Tewas Bersimbah Darah di Tangan Saudara Ipar
"Kami curiga ada yang ditutupi dan biar tak terekspos media karena korban yang meninggal itu dibawa ke Myria. Sedangkan Wiko sabtu siang dibawa ke sini," tegasnya.
Sampai saat ini keluarga belum bisa mendapatkan semua keterangan.
"Hari Sabtu malam itulah pihak sekolah datang dan sampai sekarang tak muncul lagi," bebernya.
Wiko mengalami kritis di Rumah Sakit Karya Asil Charitas Palembang.
Di ruang perawatan, tubuh siswa ini sudah dipasangi alat-alat yang dipasang ke dada.
Nampak orangtua Wiko tak henti terus mendampingi korban yang tengah kritis tersebut.
Orangtua Wiko, Suwito didampingi Firli Darta, SH menceritakan pada saat hari Sabtu, (13/7/2019) sekitar pukul dua siang, Suwito mendapatkan telepon dari pihak sekolah mengabarkan kalau anaknya masuk rumah sakit.
"Saya dapat telepon dari pihak sekolah katanya anak saya sakit panas tinggi dan sudah ada di rumah sakit Karya Asih Charitas," ujarnya.
Mendengar kabar tersebut, ia pun terkejut dan langsung bergegas menuju rumah sakit.
Satu jam kemudian, saat tiba di rumah sakit ia melihat anaknya sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.
"Saat sampai di rumah sakit anak saya sudah di IGD tengah ditangani dokter. Ia tak sadarkan diri dan ngigau terus "ampun komandan, jangan pukul lagi," ujar Suwito.
Setelah diperiksa dokter dan dironsen, didapatkan bahwa anaknya mengalami usus terlilit sehingga harus dilakukan tindakan cepat untuk dioperasi.
"Saya lihat perut anak saya itu bengkak mba besar sekali. Jadi jam 9 malam itu langsung diambil tindak operasi dan selesai jam 12 malam hingga sekarang tak sadarkan diri," jelasnya.
Suwito mengatakan sebelum dioperasi anaknya sempat masuk kamar dan melihat tubuh di bagian belakang anaknya lebam-lebam seperti habis kena pukulan.
"Kami belum sempat bertanya karena anak saya itu ngigau terus tak terhitung lagi," ungkap dia.
Ditambahkan Firli, saat ini pihaknya sudah melaporkan kasus ini ke pihak Polresta Palembang.
"Kami sudah laporkan dan diterima secara lisan oleh Kanit PPA karena yang bersangkutan belum sadarkan diri," tegasnya.
Sebelumnya, ada pula siswa SMA Taruna Indonesia yang tewas saat menjalani orientasi sekolah.
Melansir dari Kompas.com, DBJ (14), salah satu siswa Sekolah Taruna Indonesia di Palembang, Sumatera Selatan, tewas usai mengikuti kegiatan orientasi yang berlangsung selama satu pekan, Sabtu (13/7/2019).
Melansir dari Sripoku.com, paman korban, Aswin, mengungkapkan bahwa DBJ mengikuti serangkaian kegiatan yang melelahkan dan menguras tenaga.
Diketahui sebelumnya, korban berjalan kaki sejauh 8,7 kilometer dengan siswa lainnya.
Ditemukan pula luka memar di bagian kepala dan kaki hingga sempat kejang sebelum tewas.
Baca Juga: Lumpuh, Seorang Ibu Tak Sadar Anaknya yang Berprofesi Driver Ojol Tewas Membusuk di Samping Kamar
Melansir dari Tribun Sumsel, Kapolda Sumatera Selatan Irjen Firli mengungkapkan sosok tersangka.
"Berdasarkan alat bukti yang ada baik keterangan saksi, alhamdulillah tidak lebih dari 27 jam usai laporan, pelaku berhasil kita identifikasi tepatnya kemarin sore kita sudah melakukan kajian mendalam kita yakini bahwa Obi Frisma (24) yang melakukan kekerasan terhadap korban," ungkapnya.
Lebih lanjut Kapolda mengatakan, pelaku melakukan kekerasan terhadap korban dengan benda tumpul di bagian kepala sebelah kanan korban
"Kita mencari barang bukti dan ditemukan barang bukti tersebut yaitu bambu sepanjang lebih kurang 1 meter," ujarnya.
Pelaku sendiri pada saat kejadian berstatus sebagai pembina atau pengawas pada kegiatan tersebut dilaksanakan.
"Pada saat kejadian korban dipukul dan jatuh, korban juga sempat ditolong pelaku dengan dibacakan ayat-ayat suci selanjutnya dan dibawa ke Rumah Sakit. Menurut keterangan dokter forensik, sebelum sampai ke Rumah Sakit, korban sudah meninggal," paparnya. (*)