GridPop.id- Mayangsari dulu dikenal sebagai penyanyi yang laris.
Usai menikah dengan Bambang Trihatmodjo, namanya terus dibicarakan.
Segala aktifitas Mayangsari sebagai Ibu rumah tangga, hingga aktifitas lainnya yang diunggahnya melalui akun Instagram pribadinya @mayangsaritrihatmodjoreal kerap menjadi pembicaraan.
Seperti unggahannya pada tahun 2018 lalu.
Mayangsari tampak memamerkan dirinya yang tengah panen buah langka.
Ya, seperti yang diketahui memiliki suami dari keluarga terpandang, pasti Mayangsari memiliki hunian yang luas.
Luasnya hunian tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh istri Bambang Trihatmodjo tersebut.
Salah satunya adalah menjadikannya kebun buah.
Panen Durian dan Manggis
Seperti beberapa waktu lalu, tampak ia tengah panen buah durian dan manggis.
Pada caption fotonya, ia juga mengucap syukur bahwa meski belum banyak, buah-buah tersebut dapat bisa dinikmati.
Panen Buah Langka
Selain panen besar buah durian dan nangka, ada satu buah lagi yang panen di kebun Mayangsari.
Buah tersebut membuat Mayangsari terpukau.
Hal ini karena buah tersebut ia katakan sebagai buah langka.
Buah yang dibanggakan oleh Mayangsari tersebut adalah Jambu Mawar.
Benar saja, jika dilihat sepintas, kita pasti sulit mengenali buah tersebut.
Jambu mawar alias jambu kraton adalah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya di wilayah Malesia.
Mayangsari pun menjelaskan mengapa buah ini dinamai Jambu Mawar.
Hal itu karena buah tersebut memiliki aroma wangi seperti mawar.
Ditambah lagi, buah ini merupakan perpaduan dari jambu air dan jambu bol, sehingga jambu ini memiliki rasa yang manis.
Seperti yang Grid.ID kutip dari Wikipedia, buah tersebut dapat disuling untuk memperoleh 'air mawar', serupa dengan yang dapat diperoleh dari daun mahkota bunga mawar
Daunnya disuling untuk mendapatkan minyak atsiri, yang berguna bagi industri wewangian.
Kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk konstruksi bangunan asalkan tidak berhubungan dengan tanah.
Dari bunga yang diawetkan, dibuat obat tradisional pendingin dan penenang.
Kulit kayu dan bijinya juga dimanfaatkan untuk mengobati murus (diare), disentri dan demam.
(*)