GridPop.ID - Kematian anggota tim Paskibraka Tangerang Selatan, Aurellia Qurratuaini (16), menyisakan banyak tanda tanya bagi keluarga.
Pasalnya, Aurellia meninggal dunia secara mendadak pada Kamis (1/8/2019) usai menjalani latihan bersama timnya.
Berbagai kejanggalan pun disadari oleh anggota keluarga Aurellia sebelum dirinya meninggal dunia.
Melansir dari Tribunnews, pada Rabu (31/7/2019), Aurel pulang ke rumah usai menjalani latihan paskibraka.
Dengan kondisi lemah, ia bercerita bahwa seniornya baru saja merobek buku diary miliknya serta keempat temannya dirobek oleh seniornya.
Buku diary tersebut adalah bagian dari tugas yang diberikan seniornya dan sudah ditulis sejak 22 hari selama latihan Paskibraka.
Buku itu disobek usai dikoreksi oleh para seniornya.
Setelah disobek, Aurel dan teman-temannya diharuskan menyalin buku tersebut dalam waktu dua hari.
"Ini salah satu bentuk psikologis yang luar biasa kalau menurut kami mengakibatkan down mental dan fisik. Akhirnya dia jam satu mencoba bangun untuk nulis lagi, nggak bisa selesai," kata ayah dari Aurel, Farid Abdurrahman, saat ditemui di kediamannya di perumahan Taman Royal II, Cipondoh, Tanggerang Kota, Jumat (2/8/2019).
Pada keesokan harinya, Kamis (1/8/2019) Aurel meninggal secara mendadak ketika baru memulai aktivitas pada pukul 04.00 WIB.
"Jam 4 dia berusaha mau mulai aktivitas. Karena mulai jam 4 dia sudah limbung badannya, sudah capeknya dia limbung langsung nggak sadar kita bawa ke rumah sakit. Ternyata sudah tidak tertolong," ucap ayah Aurel, Farid Abdurrahman seperti dikutip dari Warta Kota.
"Dokter tidak keluarkan diagnosa karena ketika kita bawa kesana (RS) bahwa Almarhum sudah meninggal," ucap dia.
Lebih lanjut Farid menerangkan, putrinya itu tak pernah meminta tolong pada orang tuanya ketika dirinya mendapat hukuman dari para seniornya.
Melansir dari Kompas.com, pasalnya jika orang tua komplain dengan cara latihan paskibraka, maka para anggota justru akan diberi latihan lebih keras lagi.
"Pernah anak saya cerita bahwa ada yang komplain, akhirnya mereka dihukum semakin berat. Itu yang membuat anak-anak takut berbicara yang sebenarnya," ucap dia.
"Cuman dari dulu dia memang selalu bertanggung jawab, jadi dipendam sendiri baru akhirnya akhir ini cerita sedikit-sedikit ada hukuman yang berlebihan dari senior. Oknum senior bukan pelatih. Kalau pelatih pasti akan profesional," terangnya. (*)