Find Us On Social Media :

Beginilah Tanggapan Ahli Soal Tanaman Bajakah Obat Penyembuh Kanker yang Ditemukan Tiga Siswa SMA di Kalteng, Efektifkah?

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Selasa, 13 Agustus 2019 | 13:11 WIB

Siswa Kalimatan Tengah temukan obat kanker

GridPop.ID - Tiga orang siswa SMA membawa nama baik Indonesia ke kancah internasional.

Pasalnya, ketiga siswa tersebut telah menemukan tanaman dari hutan Kalimantan Tengah yang bisa menyembuhkan kanker.

Berkat penemuannya, ketiganya memperoleh kejuaraan tinggal dunia.

Baca Juga: Citra Kirana Menjerit Ayahnya Idap Kanker, Begini Kondisinya yang Menyayat Hati

Dikutip dari Kompas.com, (13/8/2019), tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bernama Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani meraih juara dunia atas temuan obat penyembuh kanker.

Obat tersebut berbahan baku alami berupa batang pohon tunggal atau dalam bahasa dayak disebut dengan bajakah.

Guru pembimbing siswa yang merupakan guru biologi, Helita, mengatakan, keberhasilan ketiga siswa tersebut berawal dari informasi Yazid.

Baca Juga: 2 Kaki Sudah Patah, Begini Kisah Haru Artis Ini Bertahan Hidup Usai Divonis Kanker Payudara hingga Akhirnya Meninggal Dunia

Yazid mengatakan bahwa ada sebuah tumbuhan di hutan Kalimantan Tengah yang kerap dihunakan keluarganya bisa menyembuhkan kanker, bahkan kanker ganas stadium empat sekalipun.

Di bawah bimbingan Helita, ketiga siswa itu memutuskan untuk memulai pembahasan awal yang lebih serius mengenai kayu bajakah tersebut.

Penelitian diawali dengan uji pendahuluan di laboratorim sekolah.

Baca Juga: Dari Atlet Pra PON hingga Idap Kanker Otak, Ini Potret Agung Hercules dari Masa ke Masa

Lalu penelitian dilanjutkan dengan uji sampel penelitian lanjutan, yang menggunakan dua ekor mencit atau tikus betina atau tikus kecil berwarna putih, yangs udh diinduksi atau disuntik zat pertumbuhan sel tumor atau kanker.

Sel kanker berkembang di tubuh tikus dengan ciri banyaknya benjolan di tubuh, mulai dari ekor hingga bagian kepala.

Mereka lalu memberikan dua penawar atau obat yang berbeda terhadap kedua tikus.

Satu tikus diberi bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminumkan ke tikus, sementara tikus lain diberi air rebusan yang berasal dari kayu bajakah.

Baca Juga: Kanker Otak Renggut Nyawa Agung Hercules, Pakai Ponsel Berjam-jam Bisa Jadi Pemicunya

"Setelah memasuki hari ke-50, mencit yang diberi air penawar dari bawang dayak mati, sementara mencit yang diberi cairan kayu bajakan tetap sehat, bahkan bisa berkembang biak," ujar Helita, Senin (12/8/2019).

Setelah melalui pembuktian terhadap media uji sampel, pada awal Mei 2019 penelitian dilanjutkan dengan memeriksa kadar yang terdapat pada kayu bajakah tersebut melalui uji laboratorium.

Mereka bekerja sama dengan pihak laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Hasil penelitian, kayu bajakah itu memiliki kandungan yang cukup kaya antioksidan, bahkan ribuan kali lipat dari jenis tumbuhan lain yang pernah ditemukan, khususnya untuk penyembuhan kanker.

Baca Juga: Sakit Kanker Semakin Menjadi-jadi Usai Ditinggal Suami, Artis Ini Cek Batu Nisan Pesanannya: Tinggal Tulis Tanggal

Beberapa hasil uji laboratorium ditemukan fenolik, steroid, tannin, alkonoid, saponin, terpenoid, hingga alkonoid.

Berdasarkan hasil tertulis uji laboratorium dari Universitas Lambung Mangkurat itu, ketiga siswa dibantu guru pembimbing mengolah kayu bajakah menjadi serbuk teh siap seduh untuk bisa dibawa ke ajang kompetisi yang akan diadakan di Bandung.

Pada 10 Mei 2019, guru pembimbing dan ketiga siswa untuk mengikuti perlombaan yang diadakan di Bandung.

"Kami sepakat untuk mengikuti lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF) yang dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kami bersyukur berhasil memenangi perlombaan tersebut. Bahkan, tak disangka kami menjadi perhatian dan berhasil meraih juara, dengan memperoleh medali emas, terbaik se-Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: Digugat Cerai hingga Terpuruk Usai Divonis Kanker, Artis Ini Harus Berjualan Sate di Pinggir Jalan untuk Bertahan Hidup

"Ini menjadi tiket kami untuk melangkah ke tingkat internasional,” kata Yazid.

Setelah sukses di Bandung, karya ilmiah dari ketiga siswa tersebut dipilih mewakili Indonesia untuk tampil dalam perlombaan tingkat internasional dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan.

Namun, dalam ajang selanjutnya Yazid tidak ikut sehingga diwakilkan oleh dua rekannya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani.

Aysa mengatakan, dia sempat merasa tidak yakin membawa hasil karya mereka ke tingkat internasional. Namun mereka tetap berusah tampil sebaik mungkin.

Baca Juga: Aktor Senior Ini Meninggal karena Kanker Usus, Kesalahan Memasak Bahan Ini Bisa Jadi Penyebabnya

"Sangat tidak diduga kami kembali berhasil meraih juara di tingkat internasional, dengan meraih juara dunia life sains pada ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan. Kami kembali memperoleh medali emas dengan menggeser 22 negara yang ikut berkompetisi saat itu,” kata Aysa.

Kemenangan tersebut membuat semangat ketiga siswa semakin meningkat. Banyak kenangan dan wawasan yang mereka temukan saat itu yang tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi para siswa karena bisa membawa harum nama Kalimatan Tengah dan Indonesia.

Anggina mengatakan meresa bahagia dapat membantu orang banyak untuk penyembuhan kanker dan membagi informasi tentang kearifan lokal Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Sutopo Purwo Nugroho Meninggal Karena Kanker Paru, 3 Makanan yang Menggoyang Lidah Ini Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Paru

"Ke depan kami akan terus berupaya menggali potensi alam lain agar Kalimantan Tengah yang kaya akan sumber daya bisa bermanfaat bagi banyak orang," kata Anggina.

Hingga kini belum ada rencana, baik guru pembimbing maupun ketiga siswa, untuk memproduksi hasil temuan mereka untuk diperjualbelikan.

Sudah sangat banyak yang menghubungi mereka agar bisa mendapatkan kayu bajakah sebagai obat penyembuh kanker.

Dikutip dari Tribun Bogor, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pusat, Prof Dr dr Aru Sudoyo, meminta masyarakat untuk tidak berlebihan berharap terhadap Bajakah.

Baca Juga: Pernah Masuk Media AS New York Times, Sutopo Ceritakan Momen Saat Dirinya Bertugas di Tengah Kanker yang Dideritanya: Saya Sampai Lupa Kalau Saya Sakit

"Masyarakat tidak perlu terlalu berharap tinggi dengan hasil uji coba awal begitu. Ingat, tidak ada obat yang ajaib," ujarnya ketika dihubungi via telepon, Senin (12/8/2019).

Lebih lanjut Aru menegaskan bahwa memang ada banyak sekali obat kanker yang berasal dari tanaman herbal khas Indonesia. Biasanya bukan berupa dedaunan, bisa berupa akar bahkan kulit batang pepohonan.

Namun, butuh proses panjang atau lama untuk memastikan secara benar manfaatnya terhadap pengobatan kanker pada manusia.

"Karena uji coba awal dengan tikus itu berbeda dengan uji coba kepada manusia. Seringkali penelitian itu berhasil digunakan pada tikus, tetapi ketika (diuji coba) pada manusia hasilnya nihil. Dan itu banyak terjadi," kata Aru.

Baca Juga: Dari Sayuran Mentah Hingga Anggur, Titiek Puspa Sembuh dari Kanker Serviks karena Lakukan Hal Ini

"Saya tidak menampik, ada kemungkinan memang bisa tumbuhan itu (Bajakah) digunakan untuk obat kanker. Tapi banyak fase yang harus dilalui, dan semoga saja ada yang mau membantu proses penelitian tersebut berlanjut," imbuhnya.

"Tidak banyak perusahaan farmasi di Indonesia yang mau ambil risiko besar melakukan penelitian terhadap obat-obatan kanker. Jika pun ada, mungkin hanya dua perusahaan. Jika gagal, bahan utama uji coba itu hanya dijadikan suplemen saja," katanya.

Meskipun dikatakan bahwa tanaman Bajakah sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi masyarakat di daerah Kalimantan Tengah untuk menghilangkan kanker payudara, Aru menghimbau masyarakat yang menderita kanker untuk tetap mengimbanginya dengan obat konvensional dan menjadikan bajakah sebagai suplemen saja. (*)