Find Us On Social Media :

Geger Perempuan Ini Nikahi Anak Kandungnya Setelah Sang Suami Meninggal Dunia, Alasannya Bikin Syok!

By None, Sabtu, 17 Agustus 2019 | 16:15 WIB

Ilustrasi

GridPop.id - Kehidupan pernikahan Betty tergolong aneh.

Ia memilih menikahi anaknya setelah suaminya meninggal.

Kisah itu berawal setelah anak wanita berusia 40-an itu mempunyai kehidupan yang mapan.

Baca Juga: 2 Minggu Hilang, Artis Senior Ini Ditemukan Meninggal di Apartemen, Diduga Ini Penyebabnya

Atas jasanya tersebut, sang ibu tidak rela jika putranya itu jatuh ke pelukan wanita selain dirinya.

Betty akhirnya memutuskan menikah dengan anaknya sendiri atas dasar sama-sama suka.

Mereka bahkan berniat meresmikan hubungannya melalui pernikahan yang sah.

Wanita berusia 40 tahun ini juga bahkan tengah hamil besar hasil dari hubungan incest (sedarah) dengan putra kandungnya tersebut.

Betty menjanda selama 12 tahun dan tinggal bersama anaknya, Farai.

Setelah suaminya meninggal, Betty merasa mempunyai hak atas putranya tersebut dan bahkan berhak untuk menikah dengan Farai.

Tak disangka, Farai juga mengiyakan aksi gila ibunya dan siap untuk menikah dengan Betty.

Banyak orang yang tak menyetujui hubungan terlarang ini karena dinilai bertentangan dengan norma dan agama.

Baca Juga: Gagal Ikut Upacara di Istana Negara, Aliya Rajasa Temani Anaknya Lomba di Komplek dan Kenakan Sandal yang Hampir Seharga Sebuah Motor

Saat kepala desa menyodorkan pilihan untuk mengurungkan niatnya itu atau pergi dari desa, keduanya memilih pergi meninggalkan desa dan menikah di tempat lain.

Lalu, bagaimana tanggapan masyarakat desa mereka setelah rencana itu terwujud?

'Di sini, anak bisa nikahi ibunya'

Bagi masyarakat umum, kawin dengan saudara kandung merupakan sebuah pantangan, dan bahkan tidak bisa ditoleransi.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi suku Polahi di pedalaman Gorontalo.

Mereka hingga saat ini justru hanya kawin dengan sesama saudara mereka.

"Tidak ada pilihan lain. Kalau di kampung banyak orang, di sini hanya kami. Jadi kawin saja dengan saudara," ujar Mama Tanio, salah satu perempuan Suku Polahi yang ditemui di Hutan Humohulo, Pegunungan Boliyohuto, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, minggu lalu.

Suku Polahi merupakan suku yang masih hidup di pedalaman hutan Gorontalo dengan beberapa kebiasaan yang primitif.

Mereka tidak mengenal agama dan pendidikan, serta cenderung tidak mau hidup bersosialisasi dengan warga lainnya.

Baca Juga: Dua Minggu Kerja Nonstop, Perawat Ini Ditemukan Tak Bernyawa di Kamar Kos, Diduga Ini Penyebabnya

Perkawinan Sedarah

Walau beberapa keluarga Polahi sudah mulai membangun tempat tinggal tetap, tetapi kebiasaan nomaden mereka masih ada.

Polahi akan berpindah tempat, jika salah satu dari keluarga mereka meninggal.

Nah, salah satu kebiasaan yang hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh suku Polahi adalah kawin dengan keluarga sendiri yang masih satu darah.

Hal biasa bagi mereka ketika seorang ayah mengawini anak perempuannya sendiri, begitu juga seorang anak laki-laki kawin dengan ibunya.

Kondisi ini diakui oleh satu keluarga Polahi yang ditemui di hutan Humohulo.

Kepala sukunya, Baba Manio, meninggal dunia sebulan lalu.

Memperistri Adik Sendiri

Baba Manio beristri dua, Mama Tanio dan Hasimah. Dari perkawinan dengan Mama Tanio, lahir Babuta dan Laiya.

Babuta yang kini mewarisi kepemimpinan Baba Manio memperistri adiknya sendiri, hasil perkawinan Baba Manio dengan Hasimah.

Hasimah sendiri merupakan saudara dari Baba Manio.

Kelak anak-anak Babuta dan Laiya akan saling kawin juga.

"Kalau mau kawin, Baba Manio membawa mereka ke sungai. Disiram dengan air sungai lalu dibacakan mantra. Sudah, cuma itu syaratnya," ujar Mama Tanio dengan polosnya.

Keterisolasian mereka di hutan dan ketidaktahuan mereka terhadap etika sosial dan agama membuat suku Polahi tidak mengerti bahwa inses dilarang.

Baca Juga: Diduga Bunuh Diri, Penyanyi Terkenal Ini Sempat Cium Tangan Seorang Artis Senior Sebelum Ditemukan Meninggal Dunia

"Mengherankan Tak Ada Cacat"

Bagi mereka, kawin dengan sesama saudara kandung adalah salah satu cara untuk mempertahankan keturunan Polahi.

"Yang mengherankan, tidak ada dari turunan mereka yang cacat sebagaimana akibat dari perkawinan satu darah pada umumnya," ujar Ebbi Vebri Adrian, seorang juru foto travel yang ikut menyambangi suku Polahi.

Memang belum ada penelitian yang bisa mengungkapkan akibat dari perkawinan satu darah yang terjadi selama ini di Suku Polahi.

Namun, dibandingkan dengan suku-suku pedalaman lainnya di Indonesia, mungkin hanya Polahi yang mempunyai kebiasaan primitif tersebut.

Sebuah ironi yang masih saja terjadi di belahan bumi Indonesia ini.