GridPop.ID - Bocah malang berusia 3 tahun mengalami kelainan langka yang terjadi pada tubuhnya.
Sejak lahir, bocah asal Cianjur ini memiliki alat kelamin ganda, yakni kelamin laki-laki dan kelamin perempuan.
Hingga kini, keluarga dan berbagai pihak tengah berupaya menggalang dana untuk sang bocah agar segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (6/9/2019), AR, bocah asal Kampung Mareleng, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memiliki alat kelamin ganda.
Sempat diperiksa di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, AR didiagnosis mengalami Hipospadia dan kelainan Undescended Testis.
Hipospadia merupakana kelainan pada lubang kencing yang tidak terletak di ujung kepala penis.
Sedangkan Undescended Testis (UDT) merupakan suatu kondisi di mana testis tidak berada dalam kantung pelir.
Kelainan ini dibawa AR sejak lahir hingga saat ini kondisi alat kelamin ganda AR semakin terlihat.
Kelamin perempuan lebih berfungsi sebagai saluran kencing.
"Kalau buang air kecil selalu jongkok karena keluarnya lewat organ vital yang punya perempuannya itu, tapi nampak juga organ vital yang laki-lakinya, letak di atasnya," tutur Ela Hayati (47) bibi Ar saat ditemui di kediamannya, Kamis (5/9).
Sejak lahir, AR dibesarkan dengan pola asuh laki-laki sehingga sifat dan perilaku layaknya seorang anak lelaki lebih dominan.
"Anaknya juga selalu bilang ingin jadi laki-laki, saya ini laki-laki, cowok, begitu kalau bicara ke keluarga. Kalau ada yang bilang perempuan dia marah," ujarnya.
Sejauh ini, upaya pemeriksaan sudah dilakukan termasuk pernah ke pengobatan alternatif. Namun karena terkendala biaya, pengobatan dilakukan jika ada bantuan biaya.
Saat ini biaya berasal dari urunan keluarga besar. Pihak keluarga diakui Ela sedang dilanda kecemasan karena tengah menunggu hasil cek kromoson yang baru akan keluar per 19 September nanti.
"Hasilnya untuk menentukan apakah AR harus menjadi laki-laki atau perempuan. Kalau dari pihak keluarga inginnya laki-laki karena anaknya sendiri juga ingin jadi laki-laki. Kalau harus jadi perempuan kami khawatir jiwanya memberontak," katanya.
Setelah hasil cek kromosom keluar, langkah selanjutnya AR harus sesegera mungkin menjalani operasi kelamin.
"Harapan keluarga agar AR bisa cepat-cepat dioperasi. Kita sedang sana-sini mencari donatur untuk biayanya," ucapnya.
Terpisah, Kepala Puskesmas Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, Kankan Sumpena menyebutkan kondisi yang dialami AR tergolong langka.
Kendati kondisinya dapat dikatakan belum mendesak, tapi perlu segera dilakukan tindakan operasi agar AR tidak minder atau kebingungan atas kondisi tubuhnya.
"Terlebih anak ini sekarang tengah memasuki tahap palis pada tahapan perilaku psikoseksualnya. AR saat ini ada di usia yang sedang masanya toilet training," tutur Kankan kepada wartawan.
Pihaknya sendiri sejauh ini hanya bisa memberikan rujukan atau rekomendasi kepada pihak terkait.
Ia berharap seluruh pihak membantu secara bersama-sama karena upaya penanganan bocah malang tersebut tidak bisa ditanggung oleh satu pihak saja.
"Kami juga mencari-cari informasi terkait penanganan kelamin ganda ini, tapi karena terbilang langka jadi jarang ada bantuan. Bantuan-bantuan dari pihak yayasan juga susah ditemukan," tandasnya.
Dikutip dair Tribun Jabar, Ibu Aimar, Ida Rosida (37), mengatakan, anaknya tersebut merupakan putera ketiga dari tiga bersaudara, dua saudaranya laki-laki.
"Kamari ge 'ngadaregdeg ngadangu biaya tes kromosom, nu sanes, komo deui operasi, duh (kemarin juga gemetar dengar biaya tes kromosom yang begitu besar, apalagi biaya operasi)," ujar Ida.
Sambil menangis, Ida juga sering mendengar anaknya mengeluh, karena ia sudah merasa beda dengan anak seusianya.
"Kalau lagi main, pengen pipis suka pulang ke rumah malu kalau pipis bareng temannya," kata Ida.
Ida mengatakan, warga lainnya juga sudah mengetahui anaknya seperti memiliki dua kelamin.
"Istilah medisnya ambigu atau apa, kalau ke dokter juga harus hati-hati sebelum dioperasi untuk menentukan jenis kelamin, saya turuti, tapi sekarang bingung biayanya juga besar," kata Ida.
Ia mengatakan, kasus kelainan pada anaknya tersebut kata media merupakan kasus langka.
"Seribu satu istilah nya," kata Ida. (*)