Destria mengatakan, saat itu ia memberanikan diri mengutarakan niat untuk menjadi penjaga sekolah. Sebab ia tak punya pilihan setelah kontrak bekerja di sebuah pabrik di Karawang berakhir.
"Saya tidak malu, karena saya punya anak istri yang harus dinafkahi. Sementara mencari pekerjaan itu gak gampang," katanya.
Saat itu, sambungnya, ia tinggal di rumah dinas kepala sekolah yang saat itu dijabat ayahnya.
Namun setelah ayahnya pensiun dan rumah itu dibuat ruang kelas, Destria terpaksa tinggal di gudang sekolah, bersama kursi rusak, tangga, dan barang-barang lain.
Di sekolah itu ada rumah penjaga, tetapi saat itu dihuni seorang PNS.
Sementara honor sebagai penjaga sekolah saat itu hanya Rp 150.000, tak cukup untuk mengontrak rumah sekaligus memenuhi kehidupan sehari-hari.