GridPop.id - Ini kisah yang jarang terjadi.
Seorang remaja yang dijuluki sebagai bocah ular.
Tiap 6 minggu, kulitnya rontok.
Mirip ular, sisiknya rontok, mengganti kulit lama dengan kulit baru.
Padahal, remaja ini baru berumur 16 tahun.
Hidupnya sungguh tak seperti yang lain.
Dia harus rajin untuk melumasi sekujur tubuh dengan pelembab.
Ia juga lebih sering mandi dibanding teman-temannya, karena setiap jam dia harus mandi.
Mengapa harus begini?
Sebab, dia harus menghentikan pengerasan kulit di tubuh.
Hidupnya serba tak biasa.
Keluarganya juga tak punya banyak uang.
Ini membuat sulit baginya untuk menjalani perawatan khusus.
Sakit yang mungkin ada peluang sembuh jika ditangani dengan tepat, ternyata tak bisa didadaptnya.
Karena penyakit ini, saat berjalan dia butuh bantuan sebuah tongkat.
Dia juga harus hati-hati saat meregangkan berbagai bagian tubuhnya.
Karena kondisi langka, kini sedang diatur sebuah rencana untuk memperbaiki hidupnya.
Beruntung, ada pihak yang akhirnya tahu tentang kisahnya.
Penggalang dana solidaritas lokal mendengar kisah yang menyedihkan ini.
Mereka berkampanye, memperingatkan rumah sakit di seluruh dunia, agar mau menolong Shalini Yadav.
Mengejutkan, ternyata ada sebuah rumah sakit di Eropa yang mau mengobati secar gratis.
Rumah sakit tersebut berada di Spanyol.
Dalam waktu dekat, dia akan berangkat dari kota Nowgong, distrik Chattarpur, negara bagian Madhya Pradesh, India.
Dia berkata, "Saya sangat senang.. Kami akan pergi ke Spanyol."
"Saya sudah pernah melihat tempat ini di sebuah acara TV India. Sekarang saya akan benar-benar dapat melihatnya."
Dokter telah mendiagnosis Shalini mengidap eritroderma.
Ini merupakan sejenis penyakit kulit yang unik.
Hal ini menyebabkan kulit di hampir seluruh tubuh menjadi bersisik dan mengelupas.
Sejak lahir, Shalini berganti kulit setiap 45 hari.
Siang dan malam, dia harus lebih peduli dengan tubuhnya.
Tubuhnya harus diolesi lotion setiap 3 jam untuk mencegah kulitnya mengering.
Sang ibu, Devkunwar, bilang, "Aku merasa sangat tak berdaya saat melihat kulitnya mengklupas."
"Sebab Membuat rasa sakit yang luar biasa pada anakku."
"Memang, penyakit ini tak mebunuh."
"Tapi, sedikit demi sedikit mengurangi nyawanya."
"Kami tak tahu ke mana harus pergi dan dengan siapa harus berkonsultasi."
Dia sempat sangat hancur saat ada wacana bahwa kematian akan lebih baik bagi anaknya.
"Lebih baik mati daripada menjalani kehidupan yang menyedihkan."
Shalini sangat bersyukur setelah India Newslions, media setempat, menyoroti penderitaannya.
Kini dia akan mendapatkan perawatan gratis di Regional Universitiy Hospita dan Virgen de la Victoria di Malaga, Spanyol.
Dokter punya harapan dia bisa hidup dengan semestinya.
Penting buat kamu untuk selalu menghidupkan harapan bagi mereka yang memang membuthkannya.
Semoga kamu bisa lebih peduli pada sesama ya.(*)