Find Us On Social Media :

Semua Lari Terbirit-birit, Makhluk Misterius Berbentuk Aneh Tiba-tiba Muncul di Kapal dan Memakan Gas!

By Popi, Jumat, 11 Oktober 2019 | 19:02 WIB

Ilustrasi

GridPop.id - Sebuah fakta mengejutkan muncul tak diduga.

Selama 200 tahun, cacing kapal menjadi makhluk misterius.

Meskipun telah dideskripsikan secara ilmiah, tak satu pun ilmuwan yang menjumpainya dalam keadaan hidup di habitatnya.

Hingga tahun lalu saat melakukan riset ke Filipina, Daniel dari Northeastern University melihat wujud makhluk tersebut dalam video Youtube.

Baca Juga: Video Penusukan Wiranto Tampak Depan Beredar, Ernest Prakasa Tak Tinggal Diam: Kalau Lihat Ini Terlalu Sadis Bilang Rekayasa!

Berbekal gambar latar video, ia lantas bertanya kepada ilmuwan lokal tentang kemungkinan lokasi cacing yang panjangnya mencapai 1,5 meter itu berada dan akhirnya menemukan di pedalaman Mindanao.

Lewat publikasinya di Proceedings of the National Academy of Sciences, ia mengungkap bahwa cacing kapal itu lebih aneh dari dugaan.

Pertama, meski berbentuk menyerupai cacing, makhluk itu terbukti tak bisa dikatakan cacing sama sekali.

Hewan tersebut malah masuk golongan hewan lunak, sebangsa dengan kerang.

Dengan panjang setara kasur twin, hewan dengan nama ilmiah Kuphus polythalamia itu bisa dikatakan sebagai remis terpanjang di dunia.

Kedua, tak seperti cacing kapal lain yang memakan kayu, remis yang diyakini juga hidup di wilayah Indonesia ini memakan gas!

 

Ketiga, mulut dan saluran pencernaan hewan itu kecil saking tak pernah digunakan.

Baca Juga: Gosip Dirinya dengan Wanita Lain Kerap Beredar, Raffi Ahmad Blak-blakkan Akui Sifat Genitnya di Hadapan Nagita Slavina

Tapi, insangnya luar biasa besar, jauh lebih besar dari hewan yang segolongan.

Dustel dan timnya meneliti insang itu dan menemukan kenyataan mengejutkan. Organ itu dipenuhi bakteri pemakan hidrogen suldifa.

Temuan bakteri pemakan hidrogen sulfida itu membuktikan adanya simbiosis yang memungkinkan bakteri mendapatkan tempat hidup dan K polythalamia mendapatkan nutrisi.

Bakteri mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfat, bentuk senyawa yang bisa dimanfaatkan K polythalamia sebagai sumber energi.

"Ini adalah salah satu bentuk evolusi konvergen (evolusi pada jenis yang jauh berbeda dan berlangsung mandiri untuk bisa menyesuaikan diri pada habitat tertentu)," kata Distel seperti dikutip Newsweek pada Senin.

Kemampuan bekerja sama dengan bakteri bernama 2141T menjadi kunci K polythalamia bertahan hidup dan tumbuh raksasa.

Baca Juga: 3 Bulan Diterlantarkan Suami karena Nikah Siri dengan Selingkuhan, Istri Sah Anggota TNI Buat Petisi Agar Suami Dipecat dari Pekerjaannya

Hewan itu tak perlu mencari mangsa sebab berenang saja sudah bisa mendapatkan nutrisi.

Tahun 2000, Distel pernah punya hipotesis bahwa makhluk-makhluk yang hidup di ventilasi hidrotermal bekerjasama dengan bakteri pemakan sulfur.

Temuan ini mendukung hipotesis tersebut. (*)