Find Us On Social Media :

Bak Menyimpan Sejuta Misteri, Sungai Terpanjang di Pulau Jawa Ini Surut dan Bikin Warga Geger dengan Penemuan 3 Benda Misterius Ini

By Maria Andriana Oky, Sabtu, 2 November 2019 | 14:41 WIB

Warga Lamongan heboh temukan 3 benda ini di dasara sungai terpanjang di Pulau Jawa ini

GridPop.ID - Nama Bengawan Solo tentu sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Tanah Air.

Bengawan Solo sendiri merupakan sungai terpanjang yang ada di Pulau Jawa.

Mengutip Wikipedia disebutkan Sungai Bengawan Solo memiliki panjang sekitar 548,53 km dan mengaliri 2 provinsi yaitu, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Aliran Bengawan Solo masa kini terbentuk kira-kira empat juta tahun yang lalu.

Menjadi sungai terpanjang di Pulau Jawa, Bengawan Solo memiliki dua hulu sungai yakni dari daerah Pegunungan Sewu, Wonogiri dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik.

"Bengawan" dalam bahasa Jawa berarti "sungai yang besar".

Baca Juga: Kesal Tak Dibelikan Jaguar, Pria Ini 'Buang' Hadiah Ulang Tahun Berupa Mobil BMW Seharga Rp 905 Juta ke Sungai

Saat ini, sungai terpanjang di Pulau Jawa ini mendadak surut.

Dilansir dari Wartakotalive.com, peristiwa ini sempat membuat warga geger.

Warga geger menyusul penemuan yang ditemukan saat air di Sungai Bengawan Solo surut.

Warga menemukan tiga perahu baja di dasar sungai Bengawan Solo tersebut.

Diduga kuat, tiga unit perahu baja di dasar Bengawan Solo tersebut, merupakan perahu baja masa perang global 1939-1945.

Diketahui, tiga perahu baja zaman perang global tersebut tengah dilakukan ekskavasi, pada Jumat (1/11/2019).

Baca Juga: Jembatan yang Dipijakinya Ambruk, Biduan Dangdut Asal Malang Ini Jatuh ke Sungai Saat Layani Selfie dengan Penggemarnya

Ditemukan tiga unit perahu baja di dasar Bengawan Solo di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yang kini tengah dilakukan ekskavasi.

Proses ekskavasi tersebut, diperkirakan berlangsung selama lima hari, hingga tiga unit perahu baja diangkat ke permukaan Bengawan Solo.

Ekskavasi dilakukan bersama dinas terkait, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan dan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Proses mulai hari ini dibantu warga desa," kata Kepala Seksi Perlindungan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Adi Kusno, kepada wartawan di sela-sela proses ekskavasi.

Tahap awal adalah persiapan membendung area di sekitar perahu untuk melokalisir air. Tujuannya, agar airnya dalam kubangan bisa dikuras keluar.

Baca Juga: Pertaruhkan Nyawa, Anak-anak di Manggarai Timur Nekat Terjang Arus Sungai yang Banjir Hanya untuk Bersekolah

"Dengan cara itu agar nanti proses identifikasi arkeologinya bisa jalan," kata Adi Kusno l.

Proses ekskavasi dijadwalkan akan berlangsung selama 5 hari, berikut penjelasan rinci terkait proses evakuasi.

"Pada hari pertama dan kedua, akan memasang karung pasir dan pasak bambu di sekeliling perahu baja," ungkapnya.

Sedang hari ketiga, memompa (menguras) air dari areal perahu yang sudah dibendung karung pasir.

Setelah menguras air dari areal temuan dengan pompa air, baru dilakukan ekskavasi arkeologis terhadap badan perahu.

Baca Juga: Terpeleset ke Sungai Lalu Diterkam Buaya, Jasad Bocah di Riau Ini Ditemukan dalam Kondisi Utuh dan Terseret Sejauh 30 Km!

"Paling akhir adalah proses pengangkatan perahu ke permukaan," ungkapnya.

Adi Kusno menduga, perahu baja ini dari masa Perang Dunia ke-2, satu peristiwa perang global yang berlangsung antara 1939 sampai 1945.

Seorang saksi mata bernama Anam, menyebutkan awalnya ia melihat ada benda yang muncul ke permukaan.

Penasaran ia menyelam dan menemukan 3 unit perahu yang terbuat dari besi baja terpendam di dasar sungai.

Menurut Amam, dari hasil pemeriksaannya saat menyelam, diperkirakan perahu tersebut berukuran, panjang 4-5 meter dan lebar sekitar 1,5 meter hingga 2 meter.

Baca Juga: Mayat Wanita Hamil Ditemukan Terapung di Sungai, Korban Dibunuh Kekasihnya saat Kondisi Melahirkan

Amam kemudian menginformasikan temuannya kepada warga dan sudah mencoba mengangkat perahu tersebut tapi tidak berhasil.

"Berat, bahannya baja dan sepertiga badannya terbenam dalam dasar lumpur yang berpasir," kata Amam. (*)