Find Us On Social Media :

Maksudnya Peringati Hari Guru Nasional, Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim Viral Hingga Dibahas Habis Netizen, Ada Apa?

By Sintia Nur Hanifah, Senin, 25 November 2019 | 09:30 WIB

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim

 

Dimulai Dengan Permintaan Maaf

Dikutip dari laman Kompas.com, dikatakan pidato Nadiem memiliki perbedaan dengan pidato-pidato pendahulunya.

“Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati, Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik, ujar Nadiem dalam pidatonya.

Kali ini Nadiem meminta maaf kepada guru di seluruh Indonesia sebelum menyampaikan pidatonya.

“Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” kata Nadiem.

Baca Juga: Terawangannya Sering Terbukti, Begini Penampakan Ruangan Mistis di Rumah Roy Kiyoshi, Ada Kamar Khusus Bertemu Penguasa Laut Selatan!

Nadiem Urai Problematika Seorang Guru

Nadiem dalam pidatonya juga menguraikan beberapa problematika yang dihadapi seorang guru.

Setidaknya ada tujuh permasalahan guru yang ia uraikan, dari kurikulum hingga birokrasi.

Berikut uraian lengkapnya yang Tribunnews.com kutip dari pidato Nadiem.

Baca Juga: Awalnya Mobil ini Dibiarkan Parkir di Gedung Rumah Sakit, Setahun Kemudian Isi di Dalamnya Bikin Merinding, Terungkap Fakta Mengejutkan di Baliknya

Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.

Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.

Baca Juga: Hidung Bayi Ini Digigit Tikus Got hingga Sobek, Simak Bahaya dari Gigitan Tikus: Sebabkan Infeksi Bakteri yang Bahayakan Ginjal dan Paru-paru

Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.

Anda frustasi karena anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.