Ada perangkat desa setempat yang menggelar tawa.
Dirinya bertanya, bagaimana seorang Sasi bisa menerbangkan kendaraannya untuk melewati hambatan berupa bukit yang ada di depan rumahnya?
Hampir 10 tahun Sasi meminta kepada pihak terkait untuk membangun sebuah jalan menuju lokasi rumah.
Akan tetapi, tak ada pihak berwenang yang merespon permintaannya.
Diputuskan dengan tekat, akhirnya pada tahun 2013 Sasi mengangkat linggis dan berusaha untuk membuat jalannya sendiri, menghubungkan dunia luar dengan rumahnya.
Sasi awalnya hanya bertekad memiliki sebuah jalan.
Tiap harinya, "Saya akan mulai bekerja sejak jam 5 pagi dan akan berhenti pada jam 8.30 pagi."
Lalu pekerjaan ambisius tersebut dilanjutkan lagi mulai jam 3.30 atau jam 4 sore sampai matahari terbenam.
Karena badannya yang sudah cacat, beberapa kali ia menemui hambatan.
Dirinya juga pernah beberapa kali mengalami cedera.
Ada tetangga atau orang desa melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sasi.
Di antaranya, ada juga yang tak percaya Sasi bisa menuntaskan proyeknya tersebut.
"Ada di antara mereka yang mengejek, tetapi setelah beberapa saat, mereka pun mengerti," ungkap Sasi.
Beberapa warga kemudian turut memberi dukungan.