"Suruh beli gentong, enggak tahu untuk apa. Dimasukin (Perhiasan) ke gentong. Bulan 12 enggak ada (perhiasannya hilang), sampai bulan satu, dua, sampai bulan empat ditelepon (Lina telepon ke Iwan) katanya nanti dianterin," ungkap Utisah.
Gusar perhiasaannya raib, Lina pun meneror Iwan.
Bahkan diakui Utisah, Lina sempat lapor ke polisi.
Dilaporkan ke polisi oleh Lina, keluarga Iwan pun akhirnya membuat surat perjanjian.
"Sampai lebaran datang ke rumah Iwan. Dia ( Lina) ambil keputusan lapor ke polisi. Bagaimana ini kata polisi ke istri Iwan. Katanya mau tanggung jawab, dia bikin perjanjian nanti emas diantar jam 8 malam di rumah makan," ujar ibunda Lina.
Guna menepati janji Iwan, Lina dan Teddy pun akhirnya pergi ke sebuah restoran.
Alih-alih mendapatkan kembali perhiasan Rp 2 miliarnya, Lina justru harus kecewa.
Sebab, Iwan tak menepati janjinya.
Kala itu, Teddy yang sempat adu mulut dengan Iwan pun tampak membela Lina.
Tak puas dengan alasan Iwan, Lina pun disebut sang adik sempat kesal.
Hingga akhirnya, Lina nekat memecahkan gentong yang konon berisi perhiasan Rp 2 miliar miliknya.
Namun ketika dipecahkan, perhiasan Lina nyatanya sudah tidak ada.
"Di rumah makan adu mulut, cekcok. Teddy bilang ke Iwan mana emas ? Kata Teddy yaudah mundur dulu, cabut perkara. Sampai ujung-ujungnya Gentong itu dipecahin saking pusingnya almarhum ( Lina)," kenang Utisah.
Masih menuntut perihal perhiasan Lina seharga Rp 2 miliar, adik Lina mengaku kesal kepada Teddy.
Yani dan keluarga besar Lina pun mengaku masih menunggu itikad baik Teddy.