Find Us On Social Media :

Bisa Sembuhkan Penyakit Soekarno saat Dukun Lain Menyerah, Dukun Sakti Ini Tak Mau Diberi Hadiah Mobil, Ia Justru Hanya Minta Radio dan Ongkos Pulang dari Jakarta ke Jambi

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Selasa, 11 Februari 2020 | 15:15 WIB

Presiden Soekarno (tengah) dan Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) membuka Pekan Olahraga Angkatan Perang di Stadion Ikada Jakarta, September 1952. Hadir di panggung kehormatan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX (kanan).

GridPop.ID - Kisah Soekarno semasa hidup masih menarik perhatian publik.

Dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945-1967, tentu Soekarno menyimpan cerita kehidupan yang menarik.

Salah satunya mengenai hubungannya dengan beberapa orang yang pernah dekat dan terlihat dalam kehidupan mantan presiden yang sudah wafat Juni 1970 lalu itu.

Baca Juga: Prediksi Pernikahannya Bakal Alami Malasah Karena Adanya Orang Ketiga, Presenter Ini Bongkar Status Hubungannya dengan Seorang Musisi hingga Beri Jawaban Menohok soal Ramalan: Menurut Aku Enggak Penting dan Musyrik

Merujuk artikel dari Tribun Jogja, hubungan Soekarno dengan Marga Serampas Jambi tersiar dalam berbagai macam versi.

Ada yang bilang Soekarno 'belajar' di Marga Serampas, ada juga yang menyebut karena sakit dan lain sebagainya.

M Yusuf, Depati Mudo Karti Menggalo di Tenah Alai Merangin, menuturkan hubungan Soekarno dengan dukun Marga Serampas.

Baca Juga: Jadi Menantu Keluarga Cendana, Mayangsari Pamer Punya Pohon Jambu Langka di Halaman Belakang hingga Ruang Makan Mewahnya yang Didominasi Warna Emas Bergaya Klasik

"Bukan Soekarno yang ke sini, tapi dukun besar di sini yang pergi ke Jakarta," ungkap Depati kepada Tribunjambi dilansir Tribunjogja.com.

Sayang, kapan perkara tepatnya tahun peristiwa dukun Marga Serampas bertemu Soekarno itu terjadi. Depati kurang ingat tahun berapa tepatnya.

Namun yang jelas, peristiwa itu terjadi pada awal kemerdekaan.

Waktu itu, Presiden I RI sedang sakit dan tidak diketahui jenisnya. Konon, banyak dukun dari berbagai daerah yang datang.

"Lalu ada yang bilang ke Soekarno bahwa ada dukun sakti di wilayah Marga Serampas. Jadi ia dipanggil disuruh menghadap ke Istana Negara waktu itu," ungkapnya.

Baca Juga: Bagikan Potret saat Jalan-jalan ke Luar Negeri, Ayu Ting Ting Banjir Hujatan Karena Ketahuan Pakai Beauty Camera, Warganet: Katanya Udah Perawatan Berjetong2? Kok Gapede sih Foto Natural?

Nama dukun tersebut adalah Badulambun.

"Sekitar tahun 60-an orangnyo dipanggil ke Istana, rumahnyo di Tanjung Kasri," ungkapnya.

Lalu, Yusuf melanjutkan bahwa dukun tersebut juga tidak tahu apa penyakit yang diidap Soekarno. Namun ia tetap membuat ramuan obat yang sekiranya ampuh untuk sang proklamator.

Setelah diberikan ramuan oleh Abdul Lambun atau Badulambun, tidak lama ternyata sang tokoh nasional itu sembuh.

"Bapak mau apa? Mobil atau apa? Katakan saja," kata Depati Karti Mudo Menggalo ini menirukan omongan Soekarno yang dikira-kiranya.

Baca Juga: Tak Pernah Perlihatkan Kediaman Pribadinya dengan Reino Barack, Syahrini Tiba-tiba Pamer Momen Intimnya di Kamar Mandi Apartemen Mewah!

Yusuf sembari menyelipkan candaan bahwa minta mobil tentu tidak bisa karena jalan tidak bagus dan tidak bisa dilewati mobil.

Akhirnya dukun Marga Serampas yang sakti itu mengatakan satu permintaan yakni barang mewah namun bukan kendaraan.

Badulambun meminta barang yang waktu itu bisa jadi dianggap mewah dan memberikan informasi terus menerus, yakni radio.

Ya memang, dukun tersebut meminta sebuah radio pada Soekarno sebagai imbalannya, tentu juga dengan iaya pulang.

Yusuf mengaku sempat bertemu Badulambun pada dekade 80-an dan melihat bagaimana kondisi sang dukun sakti itu.

"Ketemu waktu itu pun sudah sangat tua," katanya sembari menambahkan bahwa sekitar 80-an itu Badulambun meninggal.

Abdul Lambun, menurut keterangan M Yusuf, memang terkenal sakti dan kisahnya sudah menyebar hingga sekarang dengan berbagai versi.

Baca Juga: Khawatir Gajinya Tak Cukup Biayai Rumah Tangga karena Istri Berhenti Kerja, Pria Ini Alami Hal Tak Terduga: Uangnya Tak Pernah Habis?

"Dari ilmu putih sampai ilmu hitam dikuasainya, juga ilmu pengobatan. Jadi semua ilmu dikerahkannya waktu itu," terangnya.

"Tentu kalau dulu memang banyak cerita dari Marga Serampas tentang ilmu hitamnya, tapi kalau sekarang nggak ada lagi. Sudah mulai jarang semenjak masuk agama," ungkap M Yusuf yang ternyata juga kerja di lembaga pemerintahan.

Pada waktu yang berbeda Tribunjambi.com menghubungi Alutral, anak lelaki Badulambun yang urutan keempat dan sudah berumur 59 tahun.

"Dulu itu awal tahun 1962, dio ke Jakarta. Melalui Danrem Jambi waktu itu ia dijemput oleh anak buah Kolonel Abunjani. Satu letnan dan dua sersan. Di bawa ke Jambi dan langsung berangkat ke Jakarta," ungkapnya.

Alutral membenarkan perihal ayahnya yang waktu itu berangkat ke Jambi dan langsung ke Jakarta untuk mengobati Bung Karno waktu itu.

"Kalau kata orang dusun tu namonyo menghilang 4 sampai 6 bulan. Dibawa ke istana Bogor, istana Bali, keliling-keliling," kisahnya.

Baca Juga: Khawatir Gajinya Tak Cukup Biayai Rumah Tangga karena Istri Berhenti Kerja, Pria Ini Alami Hal Tak Terduga: Uangnya Tak Pernah Habis?

Pada waktu itu kondisi Soekarno, tutur Alutral menceritakan sang ayah, mengalami sakit Batu Rajo atau yang biasa dikenal dengan batu ginjal.

Bung Karno, diketahui Alutral dari cerita ayahnya, tidak mau dioperasi sehingga mmebuat Badulambun kemudian dikirim ke Jakarta.

Versi berbeda dari yang diceritakan M Yusuf dan Alutral, ada pada hadiah untuk Badulambun.

Alutral menambahkan waktu itu presiden pertama itu menawarkan hadiah mobil, boleh pilih mobil mana pun yang dia mau. Badulambun hanya menginginkan oleh pemerintah dibukanya jalan.

"Cuma itu maunyo, minta buka jalan dari Bangko sampai ke Tanjung Kasri," ungkapnya.

Badulambun juga ditawari untuk ditarik menjadi tentara nasional waktu itu. Karena sebelumnya, ia pejuang dari Syarikat Abang, namun tetap saja ia menolak.

Badulambun dikenal anaknya sebagai pria yang tidak banyak ngomong tapi banyak berbuat.

"Orangnyo lembut, penyabar, sederhana dan tipe pekerja. Kalau dibandingkan dengan sayo sekarang, bapak lebih penyabar tidak mudah tersulut amarahnya," ungkap mantan pegawai PU ini.

Baca Juga: Terseret Kasus Narkoba, Model Nanie Darham Bungkam Seribu Bahasa di Depan Media, Polisi Ungkap Tabiat Pelaku saat Jual Barang Haram Mematok Harga Fantastis untuk Kalangan High Class!

Alutral manambahkan bahwa karakter bapaknya itu tenang. Ia membandingkan dengan dirinya yang masih mudah marah jikalau dalam keadaan terjepit.

"Kalau untuk hal-hal kecil, ia tidak masalah. Tapi kalau ada penyerangan dari luar waktu itu, dia baru turun. Orangnya juga lebih berjiwa besar dan lapang dada," kenang pria yang baru pensiun 2011 ini.

Di sisi lain, sosok Soekarno tentunya masih membekas di benak orang -orang termasuk bagi Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.

Dikutip dari Kompas.com, Prabowo berencana mendirikan patung Soekarno di kompleks Kementerian Pertahanan di Jakarta.

Hal itu diungkapkan Prabowo seusai menghadiri peresmian patung Soekarno di Main Hall Akademi Militer (Akmil) Magelang oleh Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarno Putri, Jumat (7/2/2020) sore.

"Saya apresiasi dengan Akademi Militer dan saya sudah sampaikan bahwa Kementerian Pertahanan punya rencana untuk membuat patung Bung Karno. Tapi di atas kuda," kata Prabowo, dihadapan wartawan, termasuk Megawati dan Ketua DPR RI Puan Maharani, serta pejabat negara lainnya.

Baca Juga: Akan Jadi Permaisuri dari Komedian Tajir yang Miliki Rumah Mewah Senilai Rp 15 Miliar, Pramugari Ini Kepergok Masih Mengais Rezeki di Bandara

Keinginan itu bukan tanpa alasan, sebab kata Prabowo, Soekarno pernah menjadi inspektur upacara dengan menunggangi kuda.

"Saat upacara ulang tahun TNI yang pertama, Presiden Soekarno menjadi inspektur dan menaiki seekor kuda. Jadi, ini fakta sejarah yang ingin kita abadikan untuk generasi penerus," ujarnya.

Mantan Danjen Kopassus itu mengatakan, Bung Karno bukan saja yang mendirikan Akademi Militer Nasional (AMN), tetapi juga memimpin hari lahir TNI untuk pertama kalinya pada 5 oktober 1946 di Jogjakarta.

Atas izin dari Megawati, Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu pun mantap akan segera merealisasikan cita-citanya itu. (*)