GridPop.ID - Pandemi global virus corona ini tentunya berimbas pada seluruh sektor.
Akibatnya banyak perusahaan yang memilih untuk merumahkan pegawainya (PHK) karena alami kerugian.
Salah satu korban PHK ini adalah Maulana Agus Arif Budi Satrio (38).
Lelaki yang akrab disapa Rio ini adalah Warga Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, yang nekat pulang kampung dengan berjalan kaki dari Cibubur, Jakarta Timur, hingga Gringsing, Kabupaten Batang, sejauh 440 kilometer.
Setiba di Gringsing, pria yang akrab disapa Rio ini diantar pulang oleh komunitas pengemudi pariwisata Indonesia (Peparindo) Jawa Tengah sampai ke kampung halaman di Solo.
Tentunya bukan tanpa alasan jika Rio melakukan perjalanan sejauh itu.
Iya, hal itu dilakukannya karena ia kehabisan uang untuk pulang ke kampung halamannya setelah terkena pemutusan hubungan kerja ( PHK) dari perusahaan tempatnya bekerja di Jakarta Timur akibat pandemi wabah virus corona.
Dalam sehari, kata Rio, ia menempuh perjalanan sekitar 100 kilometer. Selama di perjalanan, ia selalu berupaya untuk tetap berpuasa.
Sambungnya, selama berjalan kaki, medan yang terlalu berat adalah di kawasan Karawang Timur sampai Tegal.
"Udaranya sangat panas. Sampai gosong semua kulit saya karena panas," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Gedung Graha Wisata Niaga Solo, Jawa Tengah, Selasa (19/5/2020).
Rio menceritakan, sebelumnya ia bekerja di Cibubur, Jakarta Timur, sebagai sopir bus pariwisata sejak tahun 2017.
Sebelum ada pandemi corona, bisnis penyewaan bus pariwisata di Jakarta masih berjalan dengan baik.
Namun, karena adanya pandemi corona ini, membuat dirinya harus terkena PHK dari tempatnya bekerja.
"Saya menerima berita di-PHK dari kantor pada Jumat 8 Mei 2020," katanya.
Setelah mendengar kabar kalau dirinya terkena PHK, ia pun kemudian berpikir apakah harus bertahan di Jakarta atau memilih untuk pulang kampung halamannya di Solo.
Namun, kata Rio, jika tetap di Jakarta, dirinya harus membayar uang sewa kontrakan dan harus mencukupi kebutuhan hidup setiap hari. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Solo.
Sebelum nekat jalan kaki, Rio mencoba juga sudah membeli tiket bus seharga Rp 500.000. Namun, pada saat jadwalnya pulang dia justru dijemput kendaraan lain.
"Saya mencoba naik angkutan umum, tapi sangat mahal, Rp 500.000 tarifnya. Terus yang datang bukan bus tapi Elf, dan penumpangnya melebihi kapasitas," ungkapnya.
Karena yang datang bukan bus, ia pun kemudian meminta uangnya. Paginya, Rio kemudian meminjam mobil pribadi demi untuk pulang ke kampung halamannya.
Namun, sampai di Cikarang ia ribut dengan petugas yang menyuruhnya untuk putar balik, tidak ingin ribut terlalu lama dengan petugas, Rio akhirnya putar balik dan kembali lagi ke pool.
Setelah itu, ia pun berpikir bahwa jalan satu-satunya untuk bisa pulang ke Solo adalah dengan berjalan kaki.
Kata Rio, ia berangkat dari Cibubur, Jakarta Timur, pada Senin (11/5/2020) setelah shalat subuh.
Saat akan berangkat ke Solo, Rio sempat dicegah oleh teman-temannya supaya tinggal sementara di rumah mereka.
"Saya tidak mau merepotkan mereka. Saya habis shalat subuh langsung berangkat dari Cibubur, jalan kaki ke Solo," katanya.
Setelah berjalan kaki, Rio memutuskan untuk istirahat di Jatisari, Pamanukan, sekitar pukul 10.00 WIB.
Setelah itu dirinya melanjutkan perjalanan dan tiba di Cirebon pada Selasa (13/5/2020) sekitar pukul 03.00 WIB. Setelah itu, Rio kembali melanjutkan perjalanannya sampai di Kabupaten Batang pada Rabu (13/5/2020). Rio kemudian melanjutkan perjalanan dan sampai Gringsing pada Kamis (14/5/2020) sore.
"Sampai Gringsing Kamis sore. Saya dijemput dari teman-teman Peparindo, diantar pulang ke Solo. Saya tiba di Solo hari Jumat pukul 08.00 WIB," ungkap dia.
Setelah sampai di Solo, ia langsung dibawa ke gedung karantina milik Pemkot Solo di Graha Wisata Niaga Jalan Slamet Riyadi untuk menjalani karantina selama 14 hari di gedung tersebut.
(*)