Fakta dan Informasi Di Balik Tren yang Sedang Viral

Belum Reda Hantaman Virus Corona, AS Kembali Dibuat Babak Belur dengan Demo Akibat Rasisme di Seantero Negeri hingga 'Perang Dingin' dengan China

Rabu, 03 Juni 2020 | 19:45
Grid Networks Negara Amerika Serikat berada di urutan pertama dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia.
https://s.abcnews.com/

Negara Amerika Serikat berada di urutan pertama dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

Aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di sekitar 30 negara bagian terjadi setelah kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam yang mendapat kekerasan dari seorang polisi di Minneapolis.

Aksi protes yang terjadi di New York, Chicago, hingga Los Angeles disertai dengan sejumlah aksi perusakan hingga penjarahan.

Beberapa toko kenamaan hingga barang mewah seperti Nike, Adidas, Louis Vuitton hingga Kaws tak luput dari penjarahan.

Baca Juga: Shezy Idris Disebut Mantu Durhaka Usai Pisah Ranjang, Ternyata Inilah 5 Kesalahan Besar yang Tak Disadari Sering Dilakukan Menantu yang Bisa Sulut Amarah Mertua!

Perusahaan-perusahaan justru menilai hal ini lebih menakutkan dibandingkan efek yang diciptakan oleh pandemi.

“Orang-orang meyadari (pandemi) membuat pekerjaannya hilang atau tidak akan kembali dengan cepat."

"Ini semua diperparah dengan masalah rasialisme, dan menggambarkan bagaimana putus asa nya masyarakat AS,” kata Chief Economist Moody’s Mark Zandi dikutip dariReuters.

Baca Juga: Tak Terima Masa Lalu Suaminya Getol Diungkit Nagita Slavina, Istri Mantan Pacar Gigi Beri Komentar Menohok: Apa Tidak Bisa Buat Konten yang Tidak Menyakiti Pihak Lain?

Merebaknya aksi kekerasan ini bikin Amazon bakal mengurangi layanan pengiriman barangnya di kota-kota yang yang menjadi puncak aksi protes.

Target Corp, perusahaan ritel berlogo merah, juga telah kembali menutup sementara 32 tokonya di Minneapolis, puluhan lainnya akan menyusul ditutup. Sementara di Chicago, 135 properti di pusat bisnisnya juga ikut hancur akibat aksi protes.

Kematian Floyd sekaligus aksi protes atas hal tersebut juga menujukan tekanan rasialisme yang masih kuat di AS, ditambah penangan kesehatan dan distribusi kekayaan terhadap mereka.

Di New York misalnya orang Afrika-Amerika memiliki tingkat infeksi lebih tinggi dibandingkan ras lainnya.

Halaman Selanjutnya

Baca Juga: Tak Mau Telan...
Tag

Editor : Andriana Oky

Sumber intisari online

Baca Lainnya