GridPop.ID - Sosok Soekarno tak mungkin jikatak dikenal di Indonesia.
Soekarno adalah salah satu orang dibalik kemerdekaan Indonesia.
Pria yang lebih akrab disapa Bung Karno inilah yang kemudian disebut Bapak Proklamator Indonesia.
Sepak terjangnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia terurai manis dalam catatan sejarah Indonesia.
Tak hanya urusan perjuangan, kehidupan pribadi Soekarno juga masuk ke dalam catatan sejarah Indonesia.
Termasuk tentang kisah asmaranya dengan beberapa perempuan.
Sudah bukan rahasia lagi, jika Bung Karno dikenal sebagai sosok yang karismatik.
Maka tak heran jika banyak wanita yang jatuh hati pada Putera Sang Fajar itu.
Beberapa deretan nama perempuan tercatat dalam sejarah sebagai istri Bung Karno.
Mulai dari Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Haryati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Yurike Sanger dan Heldy Djafar.
Dari ke sembilan nama itu, yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah Fatmawati.
Namanya tercatat dalam sejarah sebagai Ibu Negara yang menjahit Bendera Sang Saka Merah Putih Indonesia.
Kisah cinta Soekarno dan Fatmawati bermula saat masa pembuangan Sang Proklamator itu di Bengkulu.
Meski terpaut 22 tahun, keduanya tetap menikah pada 1 Juni 1943.
Setelah Indonesia merdeka, Fatma secara resmi menjadi Ibu Negara yang pertama.
Ia juga yang menjahit bendera pusaka merah putih.
Namun, pernikahan ini pun tak bertahan lama.
Bung Karno kembali terpikat dengan pesona wanita lain yang bernama Hartni.
Pertemuan pertama Bung Karno dan Hartini terjadi di Candi Prambanan, Jawa Tengah.
Namun, sumber lain menyebutkan jika pada 1952, Hartini berkenalan dengan Soekarno di Salatiga.
Satu tahun kemudian, Hartini dan Soekarno kembali bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.
Pada 7 Juli 1953, akhirnya Soekarno dan Hartini menikah di Istana Cipanas.
Beberapa tahun setelah menikah, tepatnya pada 1964 Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor.
Hartini Soekarno kemudian dikenal sebagai salah satu wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno.
Ia juga tetap mempertahankan status pernikahannya sampai ajal menjemput Soekarno.
Di akhir hayatnya, Bung Karno diketahui terkena penyakit gagal ginjal dan sempat di Wina, Austria.
Dan ternyata, di pangkuan Hartinilah Bung Karno menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970, dikutip Grid.ID dari laman Bangka Pos (18/08/2017).
(*)