Israa tiba di Beirut tiga minggu sebelum ledakan, untuk mempersiapkan pernikahannya ini.
Ahmad, suami Israa menilai bahwa banyak pejabat Lebanon yang disalahkan atas ledakan tersebut.
Lantaran terdapat tumpukan bahan rentan meledak yang disimpan selama bertahun-tahun di pelabuhan.
"Kami mulai berjalan-jalan dan itu sangat menyedihkan, tidak bisa dijelaskan kehancuran dan suara ledakannya," katanya.
"Kami masih shock. Saya belum pernah mendengar sesuatu yang mirip dengan suara ledakan ini."
"Saya merasa sangat sedih tentang apa yang terjadi pada orang lain, tentang apa yang terjadi di Lebanon," ungkap Ahmad.
"Ketika saya bangun dan melihat kerusakan yang terjadi pada Beirut, satu-satunya hal yang saya katakan adalah bersyukur kepada Tuhan bahwa kita masih hidup," tambahnya.
Setelah ledakan itu, Israa dan suaminya mencoba menenangkan diri dan melanjutkan pernikahan mereka.
Ahmad ingat memasuki hotel yang rusak pada Rabu (5/8/2020) untuk mengambil barang-barang dan paspor.
Kini dia sedang menunggu visa ke Amerika Serikat agar bisa tinggal bersama dengan istrinya.
Meski Ahmad mencintai Lebanon, tapi tinggal di negara ini pasca ledakan bukan pilihan yang baik baginya.
Dia masih berusaha bergembira dalam pernikahan yang dia persiapkan begitu lama.
"Ada banyak kerusakan, banyak orang tewas dan terluka. Tetapi saya bercermin dengan kondisi kami, diri saya sendiri, suami saya, fotografernya bagaimana kami lolos tanpa cedera, saya bersyukur kepada Tuhan karena telah melindungi kami," ujarnya.
GridPop.ID (*)