Elma Theana baru menyadari banyak keganjilan setelah keluar dari padepokan tersebut lima tahun lalu.
Contohnya, kata Elma, antar sesama murid yang berada di padepokan tersebut mengalami interaksi yang terbatas.
"Misalkan kami ramai-ramai. Tapi kami enggak bisa saling ngobrol, saling curhat enggak bisa. Kami hanya ramai-ramai tapi enggak bisa ngapa-ngapain," kata dia.
"Kayak dibikin enggak mau tahu urusan orang atau masing-masing. Fokus kami hanya di Aa Gatot. Kami enggak saling bersinggungan," sambung dia.
Baca Juga: Jadi Fans Berat, Iriana Jokowi Malu-malu Saat Foto Bareng Artis Idolanya, Siapa?
Selain itu, Elma mendengar begitu banyak anak-anak di padepokan yang menyebut Gatot sebagai 'Papa'.
"Anak angkat yang saya lihat banyak. Dan memang mereka panggilnya Papa, karena yang saya tahu mereka ada yang enggak ada bapaknya, ibunya, atau mereka ibunya ke mana, atau anak itu lagi mau berkarier. Atau ketemu di mana. Tiba-tiba ada mereka," ucapnya.
Meski begitu, Elma mengakui ada semacam trik yang membuat para murid di padepokan tersebut menjadi betah.