Lucunya, pengamanan superketat seperti ini ternyata bukannya membuat kita merasa aman, tetapi membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengan kota ini?
Sebagian pertanyaan ini terjawab ketika pihak concierge melarang kami untuk berjalan kaki keluar hotel.
Kami hanya boleh bepergian dengan mobil atau taksi resmi yang dipanggil oleh hotel.
Ketika sempat berkelana ke pusat kota alias CBD Port Moresby, suasana terlihat biasa-biasa saja.
Namun hampir setiap bangunan, baik hotel dan perkantoran, selalu dijaga ketat dan dikelilingi tembok tinggi dengan kawat berduri dan kamera CCTV.
Di jalan-jalan, memang tampak People Mover Vehicle (PMV) atau angkutan umum, namun yang berkeliaran di jalan dengan bebas umumnya hanya mereka yang ras Melanesia.
Meski PNG merupakan negara multietnis dan multiras serta banyak pekerja asing, orang-orang ini kebanyakan bepergian dengan kendaraan pribadi.
Kawasan-kawasan tertentu juga dihindari pada malam hari.
“Port Moresby is one of the most dangerous capital city in the world,” demikian komentar resepsionis hotel berwajah Asia Tenggara.
Gadis manis ini ternyata berasal dari Filipina.