"Habis itu kepala panti menghubungi pihak dari Solo, Wonogiri dan wilayah di Jawa Tengah. Sampai akhirnya mengarah ke Sragen," terang dia.
Setelah itu, Ervan menerima kiriman foto-foto keluarga termasuk foto saat dirinya masih kecil dari Sragen. Ervan ingat foto-foto itu merupakan keluarganya.
"Saya hafal muka ayah saya gimana, muka ibu saya gimana dan muka saudara saya gimana," ujar dia.
Kepala panti tempat Ervan tinggal menghubungi Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Sragen. Tidak berselang lama, TKSK Sragen datang ke panti dan mengurus surat kepulangan Ervan.
Ervan menceritakan, dirinya hilang di Jakarta saat masih usia 5 tahun. Ketika itu dirinya sedang mengembalikan game watch ke tempat persewaan.
Ervan dihampiri oleh seorang pengamen untuk mengajaknya pulang ke rumah. Bukannya diajak pulang, justru Ervan diajak pengamen itu untuk mengamen.
"Saya di jalanan (mengamen) sekitar dua tahun," terang dia.
Tidak sampai di situ, Ervan bersama pengamen yang menghampirinya setelah mengembalikan game watch ke Solo selama sebulan. Habis itu kembali lagi ke Jakarta.
Baru sampai di Bogor, Ervan dan pengamen yang mengajak dirinya mendengar suara sirine milik Satpol PP.