“Ujung luncuran awan panas sampai di sebelah barat Museum Ullen Sentalu sekarang,” imbuh Panut yang alumni Sekolah Teknik Negeri 4 Pakem (setara SMP).Ketika ia akhirnya mencapai Pos Plawangan, Sugiyoto juga baru saja kembali dari arah Tlogo Putri.Rupanya ketika luncuran awan panas terbesar terjadi, Giyoto, panggilan akrab Sugiyoto, berusaha menyelamatkan diri turun ke Kaliurang lewat jalur Tlogo Putri.Tapi akhirnya ia batal turun begitu ingat, sebelumnya menelepon Panut.Ia berpikir pasti sejawatnya itu akan menyusul jika terjadi letusan.
Baca Juga: Dikenal Sabar dan Kalem, Raffi Ahmad Justru Ibaratkan Nagita Slavina Bak Ratu hingga Tak Bisa Diatur, Kenapa?Keduanya akhirnya bersalaman di Pos Plawangan, saling berucap syukur dalam kondisi selamat.Menurut Panut, kondisi Pos Plawangan relatif utuh. Hanya terpapar abu vulkanik cukup tebal.Sebagian bercampur pasir panas.“Saya tidak merasakan ternyata tengkuk saya terkena pasir panas.Beberapa hari kemudian luka seperti terkena herpes,” kenang Panut yang dilahirkan di Kaliurang, 5 Oktober 1953. Ia memulai sekolah di SD Kaliurang I, satu-satunya sekolah yang ada di kawasan Kaliurang kala itu.
Baca Juga: Buka-bukaan, Sosok Ini Bocorkan Deretan Mantan Kekasih Baim Wong Sebelum Nikahi Paula Verhoeven: Semua Baik, Kecuali yang Satu TuhGridPop.ID (*)Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Letusan Gunung Merapi 22 November 1994 Lava Panas Mengarah ke Lokasi Hajatan, Menewaskan 64 Orang