Ia menuturkan, menurut laporan warga getaran itu muncul setelah hujan deras mengguyur.
"Jadi dugaan kuat yang terjadi adalah adanya proses gerakan tanah yang cukup kuat hingga terekam di sensor gempa milik BMKG," ucapnya.
"Untuk verifikasi, tampaknya perlu dilakukan survei lapangan di wilayah dimana terdengar suara gemuruh untuk mencari apakah ada rekahan di permukaan akibat gerakan tanah tersebut. Jika tidak ditemukan maka besar kemungkinan proses gerakan tanah terjadi di bawah permukaan tanah," pungkasnya.
Sebelumnya sebuah dentuman misterius juga terjadi di wilayah Buleleng, Bali pada Minggu (24/1/2021) lalu.
Dikutip dari Tribun Bali via Kompas.com, nelayan asal Banjar Dinas Segara, Desa Kubutambahan, Komang Wagiastra (53) tengah melaut saat suara muncul.
Suara dentuman pun terdengar di tengah lautan. Nelayan itu memperkirakan posisnya berada 10 kilmeter dari daratan.
"Saat itu saya lagi nyari ikan di tengah laut. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari bibir pantai. Suaranya terdengar jelas. Saya kira ada gardu yang meledak," ungkapnya
Pusat Gempa Regional (PGR) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Wilayah III Denpasar, menemukan anomali sinyal di wilayah Buleleng pada waktu dentuman terjadi.
Sinyal itu berdurasi 20 detik dengan besaran setara dengan magnitudo 1,1.
"Durasinya 20 detik, kalau besarannya kami cek kira-kira skala 1,1 magnitudo," ujar Observer PGR BMKG Wilayah III Denpasar Indira di Kantor BMKG Wilayah III Denpasar, Minggu (24/1/2021).
Meski memiliki kekuatan magnitudo, sinyal tersebut dipastikan bukan sinyal seismik gempa bumi.
"Memang ada anomali sinyal. Namun, sinyal ini bukan seismik gempa bumi karena tak tercatat oleh beberapa sensor di sekitarnya, hanya sensor Singaraja saja," urai Indira.
GridPop.ID (*)