Rengekan Nia itupun dibalas sang asisten, Theresia Wienathan yang mencoba menenangkannya.
"It's okay untuk nggak maju ke depan, as long as lu tidak mundur. Maju sedikit-sedikit nggak apa-apa, at least maju sedikit," ujar There.
Namun sepertinya Nia kadung kesal dengan kelakuannya yang justru tampak mempermalukan dirinya sendiri.
Ia sampai meminta There untuk membayangkan rasanya jadi dirinya yang jadi bulan-bulannya seantero negeri.
"Gue gatel, otak gue ngebaca kayak gitu gue gatel pengen cerita. Coba kalau lo jadi gue, apa yang lo lakukan sih? Kalau lo ada di posisi gue, apa yang lo lakukan? Gue sih asal udah keluar, gue nggak tahu!" serunya masih sambil menangis.
There memberikan pengertian bahwa sikap Nia yang mau mengakui kesalahannya itu sudah bagus.
Nia juga tidak punya kewajiban untuk menjelaskannya kepada semua orang.
"Nggak perlu ngomong ke satu dunia apa yang terjadi. Itu hal yang sulit loh, yang barusan kamu ngomong. Kalau kamu sudah sampai di titik ini, berani dan bisa keluar iya aku nggak mampu, itu udah another level. Bukan tentang orang, tapi tentang diri kamu," ujar There lagi.
Akhirnya Nia Ramadhani nampaknya sedikit tenang dengan sikapnya.
"Makanya gue mikir kalau gue malu, artinya gue sombong. Sekarang kenapa lo malu? Kan lo manusia nih, oh iya. Pokoknya gue malu gue sombong aja. Emang lu pikir lu bisa semuanya?" ujar Nia.
"This is the real you," celetuk There.
"Dan di situ gue ngapain gue malu, gue juga manusia. Kalau ada orang nanya-nanya ini, ya emang kenapa? Dengan keterbatasan gue, gue tidak mampu. Ada satu lagi yang bikin gue nangis adalah kasihan orang-orang di sekitar gue," pungkasnya.
GridPop.ID (*)